
MANGUPURA, BALIPOST.com – Industri perasuransian masih memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Bahkan, ke depan diharapkan bisa menjadi pilar utama ekonomi nasional. Demikian disampaikan Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK, Ogi Prastomiyono, di sela-sela Indonesia Insurance Summit yang diselenggarakan di Nusa Dua, Kamis (22/5).
Ia menegaskan pentingnya kesiapan seluruh pemangku kepentingan dalam membentuk arah masa depan industri perasuransian nasional.
“Masa depan industri perasuransian Indonesia bukan sesuatu yang kita tunggu, melainkan sesuatu yang harus kita bentuk bersama, secara kolektif, progresif, dan terarah,” ujarnya.
Di tengah tantangan global, disrupsi digital, dan perubahan kebutuhan masyarakat, kata Ogi, transformasi menyeluruh di sektor ini adalah sebuah keniscayaan. “Dengan tata kelola yang kuat, inovasi berbasis teknologi, dan kolaborasi erat antara regulator dan pelaku industri, saya yakin industri perasuransian dapat menjadi pilar utama ketahanan ekonomi nasional,” jelas Ogi.
Lebih lanjut, Ogi mengutarakan saat ini OJK telah mengeluarkan sejumlah regulasi atau Peraturan OJK (POJK) baru untuk industri perasuransian yang merupakan turunan dari Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK).
Adapun sejumlah peraturan baru tersebut, di antaranya POJK Nomor 34 Tahun 2024 tentang Pengembangan Kualitas SDM bagi Perusahaan Perasuransian, Lembaga Penjamin, Dana Pensiun, serta Lembaga Khusus Bidang Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun, dan POJK Nomor 36 Tahun 2024 tentang Perubahan atas POJK Nomor 69/POJK.05/2016 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi, dan Perusahaan Reasuransi Syariah.
Diproyeksikan kisaran pertumbuhan aset asuransi umum dan reasuransi bisa tumbuh sebesar 8-10 persen pada 2025. Selanjutnya, asuransi jiwa asetnya bisa tumbuh 2%-4 persen, kemudian dana pensiun lebih tinggi sebesar 9%-11 persen. Ogi menegaskan pertumbuhan itu bisa tercapai dengan kolaborasi dan sinergi dari seluruh stakeholder, termasuk pelaku industri
“Sebagai pengawas, OJK sangat terbantu dengan forum IIS ini. Isu yang disampaikan merespon perkembangan di industri perasuransian di domestik maupun internasional,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Dewan Asuransi Indonesia, Yulius Bhayangkara, mengatakan IIS 2025 merupakan panggilan kolektif bagi seluruh pemangku kepentingan untuk bertindak dan merancang masa depan industri yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
“Tema tahun ini, ‘Reimagining the Future of Insurance: Innovation for a Sustainable Future’, bukan sekadar aspirasi. Ini adalah ajakan untuk berpikir lebih berani dan bekerja bersama menciptakan masa depan industri yang lebih cerdas, inklusif, dan berdampak nyata,” sebutnya.
Saat ini, ia menilai industri perasuransian mengalami pertumbuhan yang lebih kuat, portofolio produk yang lebih tangguh, kondisi keuangan yang membaik, dan harmonisasi regulasi yang semakin baik. “Yang terpenting, kita mulai memulihkan dan membangun kembali kepercayaan publik melalui transparansi, akuntabilitas, dan inovasi,” ujar Yulius.
Kegiatan ISS 2025 berlangsung selama 3 hari, 22 – 24 Mei, dengan menghadirkan kurang lebih 700 peserta dan lebih dari 30 narasumber nasional dan internasional dari berbagai latar belakang. Sejumlah topik menjadi bahasan, termasuk pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) dalam mendeteksi fraud klaim asuransi hingga assesmen risiko. (Diah Dewi/balipost)