Duta Kabupaten Gianyar, sanggar seni Saba Sari menampilkan Tari Legong Cina pada Pesta Kesenian Bali (PKB) XLI di Taman Budaya, Denpasar, Kamis (27/6/2019). (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Tari Legong Raja Cina merupakan contoh apiknya harmoni akulturasi budaya Bali dan Tionghoa yang dituangkan dalam seni pertunjukan tari.

Berikut adalah enam fakta menarik mengenai tarian ini, dilansir dari berbagai sumber:

1. Terinspirasi dari Legenda Jayapangus dan Kang Cing Wie

Tarian ini mengangkat kisah cinta antara Raja Jayapangus dari Bali dengan Kang Cing Wie, seorang putri pedagang asal Tiongkok. Karena perbedaan latar belakang budaya, kisah mereka berujung pada tragedi dan menjadi simbol penyatuan dua kebudayaan.

Baca juga:  Polsek Gianyar Tangkap Pelaku Pencurian Pretima dan Uang Kepeng

2. Merupakan Hasil Rekonstruksi Seni Pertunjukan

Tari ini bukan tarian tradisional yang diwariskan secara turun-temurun, melainkan hasil rekonstruksi oleh I Gusti Ngurah Seramasemadi pada tahun 2012, sebagai bagian dari revitalisasi seni Bali kontemporer.

3. Menggabungkan Unsur Budaya Bali dan Tionghoa

Dalam segi kostum, gerak tari, dan alur cerita, tarian ini menghadirkan nuansa Tionghoa yang dipadukan dengan pakem klasik Bali. Gerakan Barong Landung menjadi bagian penting dari koreografi.

Baca juga:  Buntut Pemadaman Listrik, PHRI Dorong Bali Mandiri Energi

4. Simbol Konflik Budaya dan Spiritual

Menurut legenda, ketika Jayapangus meminta petunjuk kepada para dewa karena tidak memiliki keturunan, ia menikahi Dewi Danu. Konflik antara dua perempuan (Kang Cing Wie dan Dewi Danu) ini berakhir dengan kutukan yang menjadikan pasangan itu Barong Landung.

5. Struktur Tari Berdasarkan Format Legong Klasik

Walau mengangkat cerita kontemporer, tari ini tetap mengikuti struktur tradisional Legong Bali: pangawit (pembukaan), pangawak (inti), pangecet (puncak), dan pangipuk (penutup).

Baca juga:  Hari Ini, Lima Zona Merah Dominasi Tambahan Kasus COVID-19 Bali

6. Iringan Gamelan Pelegongan dan Semar Pegulingan

Tarian ini biasanya diiringi gamelan pelegongan dengan laras pelog lima nada. Dalam beberapa pementasan, digunakan juga gamelan semar pegulingan dengan tujuh nada untuk menciptakan nuansa musikal yang lebih kaya. (Pande Paron/balipost)

BAGIKAN