
DENPASAR, BALIPOST.com – Tari Legong Raja Cina merupakan contoh apiknya harmoni akulturasi budaya Bali dan Tionghoa yang dituangkan dalam seni pertunjukan tari.
Berikut adalah enam fakta menarik mengenai tarian ini, dilansir dari berbagai sumber:
1. Terinspirasi dari Legenda Jayapangus dan Kang Cing Wie
Tarian ini mengangkat kisah cinta antara Raja Jayapangus dari Bali dengan Kang Cing Wie, seorang putri pedagang asal Tiongkok. Karena perbedaan latar belakang budaya, kisah mereka berujung pada tragedi dan menjadi simbol penyatuan dua kebudayaan.
2. Merupakan Hasil Rekonstruksi Seni Pertunjukan
Tari ini bukan tarian tradisional yang diwariskan secara turun-temurun, melainkan hasil rekonstruksi oleh I Gusti Ngurah Seramasemadi pada tahun 2012, sebagai bagian dari revitalisasi seni Bali kontemporer.
3. Menggabungkan Unsur Budaya Bali dan Tionghoa
Dalam segi kostum, gerak tari, dan alur cerita, tarian ini menghadirkan nuansa Tionghoa yang dipadukan dengan pakem klasik Bali. Gerakan Barong Landung menjadi bagian penting dari koreografi.
4. Simbol Konflik Budaya dan Spiritual
Menurut legenda, ketika Jayapangus meminta petunjuk kepada para dewa karena tidak memiliki keturunan, ia menikahi Dewi Danu. Konflik antara dua perempuan (Kang Cing Wie dan Dewi Danu) ini berakhir dengan kutukan yang menjadikan pasangan itu Barong Landung.
5. Struktur Tari Berdasarkan Format Legong Klasik
Walau mengangkat cerita kontemporer, tari ini tetap mengikuti struktur tradisional Legong Bali: pangawit (pembukaan), pangawak (inti), pangecet (puncak), dan pangipuk (penutup).
6. Iringan Gamelan Pelegongan dan Semar Pegulingan
Tarian ini biasanya diiringi gamelan pelegongan dengan laras pelog lima nada. Dalam beberapa pementasan, digunakan juga gamelan semar pegulingan dengan tujuh nada untuk menciptakan nuansa musikal yang lebih kaya. (Pande Paron/balipost)