DENPASAR, BALIPOST.com – Bali sebenarnya masih kekurangan tiga ribu guru di semua jenjang pendidikan. Namun sayang minat generasi Z  Bali enggan menjadi guru. Mereka menilai masa depan profesi ini tak menjanjikan. Hal itu terungkap di acara Dialog Merah Putih Bali Era Baru di Warung Bali Coffee, Rabu (5/6).

Wakil Rektor Universitas PGRI Mahadewa Indonesia Bali, Ida Ayu Agung Ekasriadi  mengungkapkan anak muda Bali saat ini enggan menjadi guru.

Baca juga:  Penetapan DPT, Jumlah Pemilih di Tabanan Berkurang

Mereka menilai masa depan profesi guru tak menjanjikan dan tak membanggakan sehingga mereka lebih cenderung ke ilmu lain untuk segera menjadi pengusaha dan kaya.

Dosen FKIP Dwijendra University Denpasar, I Ketut Suar Adnyana menilai UU Guru yang memberikan  tambahan Tunjangan Profesi Guru sekali gaji pokok belum mampu mendongkrak generasi Z Bali melirik profesi guru.

Padahal universitas juga telah memberikan beasiswa bebas SPP hingga tamat khusus di program studi langka seperti Bahasa Bali.

Baca juga:  Jangan Sekedar Kejar Retribusi, Pengelolaan Nusa Penida Harus Jelas

Alasan kedua, kata Suar Adnyana karena profesi ini bisa diikuti lulusan non keguruan atau pendidikan atau LPTK.

Ini artinya lulusan IKIP, FKIP harus bersaing dengan lulusan non-LPTK. Hal ini banyak mempengaruhi anak muda memilih fakultas keguruan dan pendidikan dan merasa kurang gengsinya menjadi guru.

Sementara itu Ida Ayu Putri Ariniti, Guru Bahasa Bali di SMAN 9 Denpasar melihat selain menurunnya generasi Z Bali menjadi guru juga kurang minatnya menggunakan bahasa Bali sehari-hari.

Baca juga:  Padamkan Kebakaran TPA Suwung, BNPB Tambah 1 Unit Helikopter

Semua tantangan ini harus dicarikan solusi bersama.

Untuk mengatasi masalah guru, pemerintah harus membuat profesi guru yang membanggakan. Di antaranya kesejahteraan terjamin sehingga generasi muda berlomba-lomba menjadi guru. Selain itu diperlukan perlindungan hukum bagi guru dalam menjalankan profesinya. (Sueca/balipost)

Tonton selengkapnya di video

BAGIKAN