Panudiana Kuhn. (BP/Dokumen)

Oleh Dr. Panudiana Kuhn

Ekonomi Bali harus kembali ke basic seperti di tahun 80-an atau tahun 70-an. Pertama, sektor pertanian harus dikembangkan. Mulai sekarang sekolah seperti SMK, SMP atau SD sudah diajarkan bagaimana cara bertani yang bagus. Contohnya bertani kubis, bawang putih, bawang merah, bawang bombay, sayur, untuk dijadikan bahan utama salad organik dan nonorganik.

Kedua, sektor perkebunan juga sama. Kita juga harus punya sekolah kejuruan tentang bagaimana cara berkebun yang bagus. Bali punya kebun kopi, anggur, vanili, kebun kelapa, coklat. Bermacam-macam kebun. Ketiga yakni kehutanan, tentang bagaimana membudidayakan hutan yang ada di Bali. Kita masih punya hutan di Bali Barat, Bali Utara, Bali Timur, Bali Tengah dan sebagainya.

Bagaimana kita bisa mempertahankan hutan? Maka dari itu, anak muda zaman harus mempelajari masalah hutan kita. Apakah masih bisa dipertahankan agar Bali masih bisa tetap hijau? Karena hutan juga bisa jadi objek wisata. Sama halnya dengan sektor pertanian, perkebunan juga bisa dijadikan objek wisata yang menarik untuk wisatawan asing.

Baca juga:  Rendah, Realisasi KUR untuk Pertanian

Sektor berikutnya adalah kelautan dan perikanan. Ikan itu unlimited di laut lepas. Jadi Bali perlu investasi kapal-kapal yang cukup besar. Syukur-syukur BUMD berinvestasi dibidang kelautan. Bagaimana cara punya kapal yang berani lawan ombak setinggi 3-5 meter, berani tangkap ikan lepas pantai sampai ke Ambon, NTT, Papua, Selat Jawa, Selat Bali, atau Selat Lombok. Di sana kita bisa tangkap ikan yang unlimited. Banyak jenis ikan di laut.

Itu semua ada harganya. Cara lain adalah dengan budidaya mujair, lobster, ikan lele, udang, bisa budidaya bibit ikan, ikan hias, ikan nila dan sebagainya di area dekat pantai atau di daratan. Karena kalau kita lihat resto-resto di Bali itu banyak yang memasok ikan dari Jawa. Jika kita ingin menangkap lobster, biasanya harus di lepas pantai, tapi sekarang bisa dibudidayakan.

Baca juga:  Berdayakan Pertanian, Anggaran Harus Ditingkatkan

Selanjutnya, sektor peternakan. Bagaimana anak sekarang diajari cara beternak di Bali. Umumnya di Bali beternak babi, ayam, sapi, kambing, domba, dan lain-lain. Beternak anjing kintamani di Bali sangat menguntungkan karena anjing kintamani itu ngetop dan banyak peminatnya.

Kemudian, industri pakan ternak. Tentang bagaimana kita bisa membangun industri pakan untuk hewan ternak, baik ternak sapi, ternak babi, udang, ikan, ayam, bebek, dan sebagainya..Ini yang kita belum punya di Bali sedangkan negara lain sudah membuat industri pakan ternak. Persoalannya, kadang peternak kita bangkrut karena beli pakan yang mahal. Bagaimana jika BUMD Bali juga bikin industri ini atau paling tidak membiayai industri pakan ternak.

Baca juga:  Memperkokoh Kekuatan Bali

Yang terakhir adalah sektor industri ekspor seperti ekspor bibit ikan (ke Kamboja, Vietnam, Filipina), handycraft, garment, hasil perkebunan (kopi, vanili), pakaian jadi, keramik, rumput laut, manggis, salak, dan sebagainya, ini perlu ditingkatkan dan perlu pelatihan. Makanya di Bali perlu dikembangkan lagi, melatih SDM bagaimana cara menjahit, bagaimana menenun endek, termasuk melatih pengrajin, tukang kayu.

Sebenarnya lapangan pekerjaan di Bali sangat banyak jika mau dikembangkan. Sekarang yang banyak dan dominan adalah SMK jurusan pariwisata dan tata boga. Seharusnya kita harus punya SMK jurusan pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dll. Kita juga harus pikirkan ke arah sana.

Penulis, Pelaku Usaha yang juga Eksportir

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *