Prof. Sucipta. (BP/Istimewa)

Oleh  I Nyoman Sucipta

Pembangunan sektor pertanian di Indonesia bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, penunjang perekonomian, dan ketahanan pangan nasional. Namun sebagian besar petani Indonesia masih menggunakan cara atau metode tradisional dalam mengelola lahan pertanian sehingga hasil yang diperoleh pun hanya mencukupi skala rumah tangga dan belum optimal untuk dipasarkan dalam skala besar.

Organisasi Pertanian dari Perserikatan Bangsa-Bangsa memprediksi bahwa bumi akan mengalami gejolak pertumbuhan populasi. Oleh karena itu, bumi harus mampu memproduksi makanan 70% lebih banyak di tahun 2050 dibandingkan pada tahun 2009.

Para ahli dan para peneliti membuat suatu terobosan baru untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian mengintegrasi dengan perkembangan teknologi serta penerapan otomasi disebut sebagai revolusi pertanian 4.0, dapat dimanfaatkan untuk melipatkan gandakan hasil produksi sehingga dapat memenuhi kebutuhan pangan.

Istilah Revolusi Pertanian 4.0, dimana pertanian diharapkan melibatkan teknologi digital dalam proses pengembangannya. Teknologi ini sangat ideal untuk diterapkan karena dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi antara remote, sensor, dan drone. Di revolusi pertanian 4.0, teknologi pertanian akan menggunakan teknologi berbasis internet atau IoT (internet of things). Bentuk IoT dalam bidang pertanian dapat berupa aplikasi salah satunya adalah  aplikasi untuk pengolahan lahan sehingga lebih efisien dan meningkatkan produksi.

Baca juga:  Budaya: Sumber Daya Tak Benda

Dewasa ini penerapan Internet of Things (IoT) mulai memiliki dampak pada sektor pertanian. Penerapan IoT ini bertujuan untuk mengurangi inefisiensi pada penggunaan sumber daya alam, misalnya air. IoT menawarkan berbagai kemampuan, mulai dari dasar infrastruktur komunikasi (digunakan untuk Dengan perangkat IoT alat pertanian dapat di operasikan dengan remote wireless dari jarak jauh, alat penyemprotan yang menggunakan drone yang terhubung dengan gps untuk memetakan lahan pertanian. Kemajuan teknologi IoT dalam bidang pertanian ini diharapkan dapat memperbaiki cara perawatan, mempercepat proses pertanian dan juga  meningkatkan kondisi pertanian karena pertanian merupakan perekonomian terbesar.

Penerapan IoT dalam sektor pertanian menjunjung tinggi prinsip pertanian presisi, yaitu manajemen pertanian berdasarkan pengamatan, pengukuran, dan respon berbagai variabel pertanian. Pertanian presisi atau precision farming bertujuan mengoptimalkan input dan mendapatkan hasil yang maksimal melalui pemanfaatan data lingkungan pertanian. Pest control atau penanganan hama penerapan IoT dalam masalah pengendalian dan pengelolaan hama dapat diterapkan untuk memantau jumlah hama dalam bentuk jaringan sensor. Dalam prakteknya, jika sensor mendeteksi terlalu banyak hama. Informasi ini dapat secara otomatis dikirim ke sistem pengendalian hama untuk mengambil tindakan.

Baca juga:  Legong adalah Sukawati

Dalam kondisi tertentu, ini bisa menggantikan penggunaan pestisida, sehingga membuat tanaman lebih sehat. Untuk monitoring memaksimalkan hasil pertanian sangat diperlukan penggunaan IoT sebagai alat yang tentunya akan meningkatkan efisiensi waktu pelaku usaha pertanian. Karena monitoring kegiatan pembangunan pabrik melalui IoT akan menggunakan sensor dan beberapa peralatan khusus. Penerapan IoT di bidang pertanian dapat ditingkatkan dari tahun ke tahun sesuai dengan permintaan pangan global. IoT tidak hanya berlaku untuk rantai pasokan pertanian, tetapi juga teknologi sensor air, sensor yang mendeteksi invasi organisme berbahaya dan sensor yang menjaga suhu lingkungan.

Pertanian berbasis IoT memungkinkan pemangku kepentingan mendapatkan data yang efektif, akurat, dan berguna secara langsung. Proses ini akan mengurangi semua kegiatan yang memakan waktu tertentu dan mengurangi jumlah tenaga kerja di industri pertanian. Oleh karena itu, industri pertanian sekarang harus menyadari dan mulai menerima konsep Internet of Things dan potensi aplikasi pasar Internet of Things di bidang pertanian.

Baca juga:  Dilema Joged Bumbung

Penggunaan teknologi pintar dapat meningkatkan daya saing dan keberlanjutan produk pertanian. Ketika IoT pertanian diterapkan, masalah yang menghambat produksi pertanian, seperti keterbatasan lahan, perubahan iklim, dan masalah perburuhan, akan teratasi, sehingga produktivitas pangan dapat ditingkatkan untuk meningkatkan permintaan penduduk dunia.

Aplikasi IoT mirip dengan realisasi dari pengetahuan produksi pertanian, manajemen, pengambilan keputusan, yang terkait dengan produksi pertanian. Aplikasi IoT meliputi fasilitas proses data pertumbuhan tanaman, manajemen digital dari produksi, pembagian data, user Interface dan service intelligent network serta decision-making.

Penulis Guru Besar Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *