Sambil menghangatkan badan di pagi hari, salah seorang warga berjalan menyusuri Pantai Kuta, Badung. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Meskipun telah memasuki musim kemarau, namun beberapa hari belakangan ini suhu udara di wilayah Bali terasa dingin, terutama pada malam hari. Bahkan, pada Senin (27/7), Stasiun Geofisika Sanglah mencatat suhu udara minimum di Kota Denpasar mencapai 22,4 derajat Celcius.

Prakirawan Cuaca BMKG Wilayah III Denpasar, Putu Agus Dedy Permana menjelaskan, suhu udara dingin merupakan fenomena alami yang biasa terjadi pada bulan-bulan puncak musim kemarau. Udara terasa dingin pada malam hari belakangan ini lebih dominan disebabkan dalam beberapa hari terakhir di wilayah Bali kandungan uap air di atmosfer cukup sedikit.

Baca juga:  Belum Kantongi PBG, Dua Proyek Vila di Pererenan dan Umalas Ditutup

Hal ini terlihat dari tutupan awan yang tidak signifikan selama beberapa hari terakhir. “Pada malam atau dini hari terasa dingin karena proses pelepasan energi radiasi oleh bumi ke luar angkasa berlangsung efektif tidak terhalangi oleh awan. Akibatnya, suhu udara akan semakin dingin,” ungkapnya.

Selain itu, pada musim kemarau ini terdapat pergerakan massa udara dari Australia yang bersifat dingin dan kering menuju Indonesia. Hal ini berimplikasi pada penurunan suhu udara yang cukup signifikan pada malam hari di wilayah Indonesia, khususnya Jawa, Bali, NTB, dan NTT.

Baca juga:  Pencarian Hari Kedua, Korban Jiwa Keempat Longsor di Desa Pikat Akhirnya Ditemukan

Untuk suhu dingin ini diperkirakan masih akan terjadi selama Agustus hingga awal September 2020 mendatang. Namun perlu diingat bahwa suhu udara yang akan terjadi kemungkinan akan berubah-ubah. Hal ini berkaitan pula dengan bagaimana kondisi awan yang ada di Bali, karena hal ini akan mempengaruhi perubahan suhu udara. (Winatha/balipost)

BAGIKAN