Peternak mengubur babi yang mati. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Dari data Bali Post, babi yang mati karena penyakit yang belum bisa dipastikan mencapai 1.206 ekor. Kasus ini tersebar di enam kabupaten yaitu Badung, Tabanan, Gianyar, Bangli, Karangsem dan Denpasar.

Berdasarkan data yang terdapat di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Badung merupakan kabupaten yang terbanyak mengalami kematian babi. Jumlahnya 598 ekor. Disusul Tabanan dengan jumlah 537 ekor (data dari Dinas Pertanian Tabanan). Sementara itu, Denpasar 45 ekor, Gianyar 24 ekor, serta Bangli dan Karangasem masing-masing satu ekor.

Baca juga:  Adu Jangkrik, Pemotor Luka Parah

Kabid Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Dr.drh.IKG.Nata Kesuma, MMA., Senin (3/2) mengatakan sambil menunggu hasil laboratorium, pihaknya telah menurunkan bantuan pusat pemberian disinfektan untuk 5.000 ekor babi. Bantuan ini sudah diturunkan dan menyasar di 9 Kabupaten/Kota khususnya daerah yang berpotensi.

”Tidak hanya menyasar Kabupaten/Kota yang tercatat ada kematian babi. Tetapi semua Kabupaten/Kota utamanya yang daerahnya memiliki potensi terjadinya penyebaran penyakit dan kematian babi,” ujarnya.

Baca juga:  Hasil UN SMP/MTS Bali, Ini 10 Besar SMP Peraih Nilai Rerata Tertinggi

Ia menekankan agar peternak rutin membersihkan kandang dan menyemprotkan disinfektan minimal dua kali seminggu. Membatasi akses keluar masuk kandang.

Tidak membiarkan pembeli babi masuk membawa bangsung ke kandang. Meskipun dibawa masuk harus disterilkan terlebih dahulu. ”Jangan menjual babi yang sakit dan jika ada kematian babi ditanam dan dilaporkan kepada petugas,” ujar Nata.

Langkah ini menurutnya sudah dilakukan oleh peternak dan sudah terlihat hasilnya. Dimana dalam enam hari terakhir tidak ada lagi laporan terjadinya kematian babi. (Wira Sanjiwani/balipost)

Baca juga:  Melintas di Jalan Denpasar-Gilimanuk, Mobil Tertimpa Pohon hingga Sebabkan Kemacetan
BAGIKAN

1 KOMENTAR