Ketut Kariyasa (paling kiri), Suhariyanto dan Sangita Dubey pada The Asia Pacific Commission on Agricultural Statistics (APCAS) ke-28 di Padma Resort, Legian. (BP/may)

DENPASAR, BALIPOST.com – Data statisik sangat penting untuk pertanian, karena bidang pertanian menyerap tenaga kerja 50 persen dari total tenaga kerja yang ada. Sebesar 100 persen dari penduduk pedesaan mengandalkan pertanian untuk bahan pangan.

Untuk itu, data statistik pertanian sangat penting demi keberlangsungan pertanian dan pangan di dunia, khususnya di kawasan Asia Pasific. Regional Office for Asia and the Pacific FAO Sangita Dubey mengatakan hal itu pada acara the Asia Pacific Commission on Agricultural Statistics (APCAS) ke-28 di Padma Resort, Legian, Kuta, Badung, Senin (10/12).

Baca juga:  Tari Bala, Kolaborasi Bali dan Lampung

Menurutnya, 10 tahun lagi menuju tahun 2030 untuk menuju SDG’s (Sustainable Development Goals). Di dalamnya ada 17 tujuan pembangunan berkelanjutan yang harus dicapai untuk meningkatkan kehidupan melalui peningkatan di bidang pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan.

Akan tetapi kapasitas tenaga untuk mengumpulkan dan menganalisis data statistik pertanian sangat bervariasi. Kesenjangan variasi terbesar terjadi di kawasan Asia Pacific. Untuk mengatasai permasalahan tersebut, peran teknologi sangat penting.

Baca juga:  Kolaborasi Sosial Vaksinasi

Head of Data Center and Agricultural Information System Ministry of Agriculture Ketut Kariyasa mengatakan, data sangat penting karena merupakan basis membuat kebijakan dan program pembangunan. Oleh karena itu, kehadiran perkembagan statistik pertanian sangat penting.

Kepala BPS Suhariyanto minta agar statistik pertanian tidak diartikan sempit, karena tidak hanya membicarakan soal produksi, tapi banyak hal termasuk sosial ekonomi. Untuk menghasilkan data yang bagus adalah kolaborasi.

Baca juga:  Kolaborasi Olah Raga dan Pariwisata

“Setiap indikator yang ada di statistik pertanian bisa dikaitkan dengan goal yang ada di SDGs, misalnya goal kedua adalah mengakhiri kelaparan. Tidak hanya bergantung pada produksi tapi juga memperhitungkan apakah pendapatannya cukup atau tidak, distribusi dan stoknya,” bebernya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN