Wisatawan mengunjungi Taman Ayun. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Tidak dapat dielakkan, pariwisata bagi Bali memberi dampak secara ekonomi dan bagi kehidupan masyarakat. Dilihat dari data statistik, sangatlah jelas pengaruh pariwisata terhadap perekonomian Bali.

Hampir seperempat atau tepatnya 23,21 persen PDRB Bali disumbang dari akomodasi makan dan minum (akmamin) yang berkaitan dengan aktivitas pariwisata. Kepala Badan Pusat Statistik Adi Nugroho menjelaskan, dua peristiwa besar yang menegaskan peran penting pariwisata Bali adalah erupsi Gunung Agung dan Bom Bali. Dua peristiwa itu sontak membuat pariwisata lesu, sehingga berpengaruh pada ekonomi Bali.

Saat erupsi Gunung Agung yang terjadi pada akhir 2017, pertumbuhan ekonomi Bali melambat dari 6,18 persen menjadi 4,01 persen. Sementara saat pertemuan IMF–WB yang digelar di Bali, yang mana Bali kedatangan tamu lebih dari 36 ribu, membuat ekonomi Bali triwulan IV 2018 tumbuh signifikan dari 6,15 persen menjadi 7,59 persen. “Syarat itu menegaskan bahwa perekonomian Bali, volume maupun pertumbuhannya sangat kuat dipengaruhi pariwisata,” ungkapnya.

Baca juga:  Pemandu Wisata Pegang Peran Penting dalam Pelestarian Budaya

Saat perekonomian Bali tumbuh baik, langsung atau tidak langsung, kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat Bali juga ikut terpengaruh. Pada dua amatan yang terkait dengan ekonomi yaitu kemiskinan dan pengangguran, ada isyarat membaik. Pengangguran di Bali tercatat terendah se-Indonesia yaitu 1,19 persen dan kemiskinan terendah setelah DKI yaitu 3,79 persen.

Berbanding terbalik terhadap ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Bali, kemajuan sektor pariwisata justru membuat lingkungan terancam. Lingkungan Bali berkurang kualitasnya. Lahan yang dulunya digunakan untuk pertanian, kini beralih fungsi untuk vila.

Baca juga:  Indonesia dan UNDP Kembangkan Peta Jalan Dekarbonisasi Sektor Pariwisata

Padahal berdasarkan data Agustus 2019, penyerapan tenaga kerja tertinggi kedua adalah pertanian yang menyerap 18,88 persen setelah perdagangan yang 19,43 persen. Sementara lapangan usaha akmamin yang identik dengan pariwisata hanya menyerap tenaga kerja 13,12 persen, berada di urutan keempat setelah industri yang menyerap 15 persen. Tenaga kerja tersebut adalah yang ada di Bali, baik yang ber-KTP Bali atau bukan.

Soal penggunaan lahan, Adi memiliki logika sederhana bahwasanya sumber daya alam adalah hal yang selalu diambil manfaatnya untuk memenuhi kebutuhan manusia, baik penduduk maupun tamu. Bayangkan saja, sumber daya alam yang kian menyusut harus menanggung penduduk Bali ditambah wisatawan. “Jumlah tamu per hari separuh dari penduduk Bali. Tamu mancanegara sekitar 600 ribu dan tamu domestik lebih dari 1 juta,” ujarnya.

Baca juga:  Belasan Desa di Buleleng Rawan Krisis Air Bersih

Sumber daya alam yang pasti digunakan oleh orang yang ada di Bali adalah air bersih dan tempat tinggal. Semua orang juga menghasilkan sampah, sehingga Bali juga dibebani persoalan sampah tambahan dari wisatawan. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *