DENPASAR, BALIPOST.com – Produk tembakau alternatif, khususnya rokok elektrik, sudah sejak 2003 dikembangkan. Rokok elektronik pertama kali dikembangkan pada 2003 oleh SBT Co Ltd, sebuah perusahaan yang berbasis di Beijing, RRC, yang sekarang dikuasai oleh Golden Dragon Group Ltd.

Rokok elektronik diklaim sebagai rokok yang lebih sehat dan ramah lingkungan daripada rokok konvensional dan tidak menimbulkan bau dan asap. Selain itu, rokok elektronik lebih hemat daripada rokok konvensional karena bisa diisi ulang.

Bentuk rokok elektronik bervariasi, ada yang menyerupai bentuk rokok biasa dan bentuk-bentuk lainnya. Penggunaan rokok elektronik tidak membakar tembakau seperti produk rokok konvensional, melainkan dengan membakar cairan menggunakan baterai.

Produk ini dipasarkan dengan banyak nama, di antaranya rokok elektronik, ecigarro, electro-smoke, green-cig, dan smartsmoker.

Seiring munculnya produk tembakau alternatif, banyak penelitian soal risiko produk ini dilakukan. Dikutip dari berbagai sumber, berikut 7 penelitian yang meneliti efek produk tembakau alternatif bagi kesehatan penggunanya :

1. Bukti Ilmiah untuk Pengendalian Tembakau di Amerika Serikat

Tinjauan literatur yang dipublikasikan pada tahun 2018 dalam jurnal Preventive Medicine ini bertujuan sebagai landasan dalam upaya pengendalian tembakau di Amerika Serikat. Poin-poin yang disimpulkan diantaranya adalah jika dalam periode 10 tahun semua perokok aktif dapat beralih ke rokok elektrik, lebih dari 6 juta kematian yang diakibatkan oleh rokok konvensional dapat dicegah, pendekatan pengurangan risiko dengan penggunaan produk tembakau alternatif dapat melindungi generasi muda dan dapat menyelematkan jutaan nyawa perokok secara cepat.

Selain itu, laporan itu juga menyebutkan produk tembakau alternatif yang tidak dibakar memiliki risiko kesehatan yang lebih rendah daripada rokok konvensional.
Rokok elektrik terbukti membantu perokok beralih dari kebiasaan buruknya atau berhenti sepenuhnya.

2. Kajian Risiko Komponen-Komponen dalam Cairan Rokok Elektrik dan Reaksinya Ketika Dipanaskan

Tim peneliti dari Universitas Padjadjaran yang tergabung dalam Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP) melakukan eksperimen untuk menguji komponen-komponen senyawa kimia yang ada dalam cairan rokok elektrik dan melihat reaksi kimia yang terjadi ketika dilakukan pemanasan. Pengujian dilakukan terhadap 9 merek cairan rokok yang tersedia di pasaran dalam kisaran harga yang berbeda sebagai sampel.

Dari keseluruhan sampel, produsen menuliskan bahwa komposisi produk mereka terdiri dari bahan-bahan yang sepenuhnya food-grade atau memenuhi standar bahan yang dapat dimakan, seperti USP propylene glycol, USP glycerin natural/vegetable, pewarna atau pemanis buatan dan natural, serta air suling. Dari keseluruhan sampel, tidak ada kandungan dalam cairan rokok elektrik yang bersifat karsinogenik, teratogenik, mutagenik, dan genotoksik.

Baca juga:  Kasus Remaja Dicekik dan Diperkosa, Pelakunya Ditangkap

Tidak ditemukan pula senyawa yang dapat memengaruhi kesuburan. Tetapi, setelah dilakukan uji pemanasan, 7 dari 9 sampel menunjukkan penurunan kualitas sehingga ada kemungkinan bahwa 7 sampel ini tidak benar-benar menggunakan bahan baku kualitas food grade.

Penurunan kualitas yang terjadi adalah terjadinya pembentukan senyawa baru yang dapat berisiko untuk kesehatan. Studi ini menunjukkan bahwa diperlukannya prosedur pengawasan kualitas dari pihak yang berwenang bagi produsen cairan rokok elektrik agar keamanan produk bagi konsumen dapat dijaga.

3. Peranan Rokok Elektrik dalam Upaya Pengurangan Risiko Tembakau pada Perokok Aktif dan Mantan Perokok

Penelitian ini bertujuan untuk melihat peranan rokok elektrik dalam upaya pengurangan risiko tembakau dengan meneliti perokok aktif dan mantan perokok. Data dikumpulkan dari data survey kesehatan nasional di Amerika Serikat dengan jumlah sampel 15.532 orang.

Beberapa temuan dari penelitian ini diantaranya, lebih dari setengah pengguna rokok elektrik (52,2%) di dalam sampel berhenti merokok dalam lima tahun terakhir dan kemungkinan berhenti merokok pada pengguna rokok elektrik jauh lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak menggunakan rokok elektrik (52,2% vs 28,2%).

Hampir setengah dari perokok aktif (48,9%) melakukan upaya berhenti merokok selama setahun terakhir. Penggunaan rokok elektrik setiap hari merupakan faktor yang memiliki hubungan yang paling kuat dengan berhenti merokok.

4. Konsekuensi Rokok Elektrik pada Kesehatan Masyarakat

Tim peneliti yang tergabung dalam Committee on the Review of the Health Effects of Electronic Nicotine Delivery Systems mengkaji temuan dari berbagai penelitian terkait rokok elektrik dan implikasinya pada kesehatan masyarakat. Penelitian ini didukung oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Pemerintah Federal (FDA), Amerika Serikat.

Tinjauan penelitian tersebut menyimpulkan bahwa terdapat bukti yang kuat bahwa emisi gas yang dihasilkan rokok elektrik mengandung lebih sedikit jenis senyawa berbahaya dan dalam tingkat kandungan yang lebih rendah dibandingkan rokok konvensional. Berbagai hasil uji laboratorium terhadap kandungan rokok elektrik menunjukkan bahwa rokok elektrik memiliki risiko kesehatan yang lebih rendah dibandingkan rokok konvensional.

Baca juga:  Cara Alami Jaga Paru-paru dari Paparan Polusi Udara

Walaupun tidak sepenuhnya bebas risiko, rokok elektrik dapat memberikan asupan nikotin dengan metode penggunaan yang mirip dengan rokok konvensional. Sehingga memiliki potensi sebagai produk tembakau alternatif dengan risiko kesehatan yang lebih rendah tetapi tetap memberikan kepuasan bagi perokok.

Jika digunakan oleh perokok dewasa untuk berhenti dan/atau mengurangi risiko kesehatan dari rokok konvensional, penggunaan rokok elektrik dapat membawa dampak positif bagi kesehatan masyarakat dalam jangka panjang.

5. Penggunaan Rokok Elektrik di Yunani: Analisa dari Sampel Populasi Representatif di Provinsi Attica

Penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti dari berbagai universitas di Yunani ini bertujuan untuk memahami tingkat adopsi dan penggunaan rokok elektrik di provinsi Attica, Yunani. Dengan menggunakan sampel representatif sebanyak 4.058 orang.

Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah
penggunaan rokok elektrik di Yunani didominasi oleh perokok dan mantan perokok dan sebanyak 62,2% pengguna aktif rokok elektrik adalah mantan perokok dan 36,3% adalah perokok. Hanya 0,2% dari pengguna rutin rokok elektrik yang nonperokok.

Persentase nonperokok yang pernah mencoba rokok elektrik pun hanya sekitar 1,5%. Temuan ini menunjukkan bahwa rokok elektrik tidak menarik bagi kalangan nonperokok.

Rokok elektrik merupakan alat bantu berhenti merokok yang paling efektif diantara para perokok pada tiga tahun terakhir. Penelitian ini menyimpulkan adanya dampak yang positif dari penggunaan rokok elektrik di Yunani pada kesehatan masyarakat karena efektivitasnya sebagai alat bantu berhenti merokok. Hal Ini sangat penting terutama bagi negara seperti Yunani yang memiliki angka perokok yang tinggi.

6. Bukti Ilmiah atas Tinjauan terhadap Rokok Elektrik dan Produk Tembakau yang Dipanaskan Bukan Dibakar

Public Health England, sebuah divisi dalam Departemen Kesehatan dan Pelayanan Sosial Inggris, kembali melakukan tinjauan penelitian di 2018. Gunanya untuk merangkum bukti ilmiah terkini sebagai dasar perumusan kebijakan dan regulasi pemerintah Inggris terkait rokok elektrik dan produk tembakau yang dipanaskan bukan dibakar.

Lembaga ini menemukan bahwa beralih dari merokok ke penggunaan rokok elektrik memiliki risiko kesehatan 95% lebih rendah dibandingkan dengan terus merokok.
Potensi kanker akibat penggunaan rokok elektrik lebih rendah 95% daripada rokok konvensional.

Walaupun tidak sepenuhnya bebas risiko, berbagai fakta ilmiah ini diharapkan dapat memotivasi perokok yang tidak dapat berhenti untuk beralih ke rokok elektrik yang memiliki risiko kesehatan lebih rendah.

Baca juga:  Puan Cetak Sejarah, Jadi Ketua DPR RI Perempuan Pertama

Sementara itu, terkait produk Tembakau yang Dipanaskan Bukan Dibakar, sebagai produk baru, penelitian terkait produk ini masih sangat terbatas bila dibandingkan dengan penelitian tentang rokok elektrik.
Produk tembakau yang dipanaskan bukan dibakar memiliki kadar nikotin yang hampir sama dengan rokok konvensional, yaitu sekitar 70%-84%.

Produk tembakau yang dipanaskan bukan dibakar secara umum memiliki risiko kesehatan yang lebih rendah bila dibandingkan rokok konvensional, baik bagi pengguna maupun orang-orang di sekitarnya. Jika dibandingkan dengan rokok elektrik, hasil penelitian yang masih terbatas menunjukkan bahwa emisi yang dihasilkan produk tembakau yang dipanaskan bukan dibakar memiliki potensi risiko kesehatan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan rokok elektrik.

Mengingat terbatasnya penelitian yang ada, perlu pembuktian lebih lanjut untuk dapat membandingkan risiko kesehatan antara rokok elektrik dan produk tembakau yang dipanaskan bukan dibakar.

7. Tingkat Analit Tertentu dalam Emisi “Produk Tembakau yang Dipanaskan Bukan Dibakar” yang Relevan untuk Mengkaji Risiko Kesehatan Manusia

Penelitian yang didanai oleh German Federal Institute for Risk Assessment (BfR), sebuah divisi dalam Departemen Bahan Kimia dan Keamaan Produk dari Jerman ini bertujuan untuk melakukan uji toksikologi dari emisi produk tembakau yang dipanaskan bukan dibakar yang ada di pasaran. Dengan mengukur total partikulat (particulate matter – PM), nikotin, air, senyawa aldehid, dan senyawa-senyawa volatile organic compounds (VOCs) yang mempunyai risiko bagi kesehatan.

Temuan dari penelitian tersebut, salah satunya adalah pada produk tembakau yang dipanaskan bukan dibakar, emisi senyawa aldehid berkurang hingga 80-96% dan senyawa VOCs seperti benzena, 1,3-butadiena, isoprena, stirena, dan toluen berkurang hingga 97-99% dibandingkan dengan rokok konvensional. Selain itu, tingkat kandungan senyawa bersifat karsinogenik yang umumnya ada pada rokok konvensional dan total PM berkurang secara signifikan pada produk tembakau yang dipanaskan bukan dibakar.

Kadar nikotin yang dihasilkan produk tembakau yang dipanaskan bukan dibakar sedikit lebih rendah bila dibandingkan dengan rokok konvensional. Hasil uji emisi menyimpulkan bahwa produk tembakau yang dipanaskan bukan dibakar memiliki potensi risiko kesehatan yang lebih rendah dibandingkan dengan rokok konvensional. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *