TABANAN, BALIPOST.com – Ada yang menarik dalam gelaran festival Jatiluwih yang digelar tahun ini. Dari beragam kesenian yang ditampilkan, salah satu yang mendapat perhatian yakni Tari Celepuk.

Tari tradisional Bali berdurasi sekitar 11 menit tersebut perdana ditampilkan di Festival Jatiluwih 2018, Jumat (14/9). Alur cerita tarian pun cukup sederhana yakni mengisahkan seekor burung hantu jenis Tyto Alba yang sedang membasmi hama tikus yang menyerang lahan pertanian masyarakat setempat.

Penggagas tari, I Made Jonita, mengatakan ide tarian ini muncul secara alami terinspirasi dari memelihara Tyto Alba. Apalagi Made Jonita juga merupakan ketua kelompok ketua konservasi burung hantu di Banjar Pagi, Desa Senganan, Kecamatan Penebel.

Baca juga:  Dukung Program Gubernur, Dewan Inisiasi Perda Wajib Belajar 12 Tahun

Menurutnya, Tyto Alba adalah predator alami dan sangat efektif untuk menekan keberadaan hama tikus. Sebab satu pasang Tyto Alba bisa membasmi hama tikus dengan luas sawah 10 hektare.

Berbekal inspirasi tersebut, muncul gagasan untuk membuat sebuah seni tari yang mengisahkan tentang burung hantu. Alhasil hanya dalam waktu satu bulan persiapan, Tari Celepuk sudah bisa tampilkan langsung dihadapan masyarakat dan wisatawan yang tengah berkunjung ke Festival Jatiluwih.

Baca juga:  Bertambah Satu Korban Jiwa COVID-19, Kecamatan di Badung Ini Catat Kumulatif Kasus Meninggal 6 Orang

Meski demikian pihaknya mengaku masih perlu dilakukan pengembangan untuk lebih menyempurnakan garapan tari yabg dibuatnya. “Kalau sudah sempurna baru nantinya akan dipatenkan dan bisa ditarikan oleh masyarakat lainnya. Sementara baru anak-anak dari konservasi TUUT saja,” ucapnya.

Tari Celepuk, lanjut Jonita, ditarikan oleh delapan orang penari wanita yang mengisahkan sekumpulan tikus sawah, satu penari pria yang berperan sebagai burung hantu Tyto alba, serta tidak lupa pula diiringi penabuh suling sebanyak enam orang, kulkul enam orang dan kepuakan enam orang, celempung satu orang dan satu orang pembawa cangkul serta sabit. “Idenya muncul begitu saja dari kegiatan di sawah dan terinspirasi dari karantina tyto alba,” ucapnya.

Baca juga:  Dukung Pengembangan Bisnis, Tiga JCI Gelar BCH

Tidak hanya itu saja, tarian ini tidak menggunakan gamelan untuk mengiringi. Bagi Jonita pemanfaatan alat musik sederhana ini untuk menepis anggapan jika seni itu mahal. Diharapkan nantinya tari Celepuk ini akan menjadi tari maskot DTW Jatiluwih yang memang dikenal dengan hamparan sawah dengan pemandangan yang luar biasa indah. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *