Tranfusi darah. (BP/dok)

TABANAN, BALIPOST.com – Jika lima tahun kebelakang permintaan darah di BRSU Tabanan didominasi pasien Demam Berdarah Denque (DBD). Maka tahun ini permintaan darah tahun ini didominasi oleh pasien hemodialis. Hal ini seiring dengan penurunan pasien DBD yang mendapatkan perawatan di BRSU.

Berdasarkan data, pasien rawat inap DBD di BRSU untuk Januari tercatat 4 pasien, Februari dan Maret masing-masing tujuh pasien. Kepala UTD PMI Tabanan, dr. I. N.Gede Sumardika, SpPK beberapa waktu lalu mengatakan, saat pasien rawat inap DBD tinggi permintaan akan darah terutama hemoglobin tinggi. Namun saat ini, karena pasien DBD jauh menurun, permintaan darah lebih didominasi oleh pasien cuci darah atau HD.

Baca juga:  Kasus Korupsi Masker Dinsos Karangasem Tunggu Jadwal Sidang

Untuk jenis golongan darah yang paling banyak permintaan adalah golongan darah O dan yang paling jarang adalah golongan darah AB. Dalam memenuhi permintaan darah ini, menurut Sumardika selain dari pendonor darah tetap juga didapatkan dari pendonor pengganti. Saat ini Tabanan sediri memiliki 3500 pendonor rutin.

Mengenai permintaan darah yang mulai mengalami perubahan permintaan dari segi tipe penyakit dibenarkan Direktur BRSU Tabanan, dr.Nyoman Susila. Ia menjelaskan permintaan darah untuk pasien DBD saat ini memang jauh menurun karena jumlah pasien yang dirawat juga mengalami penurunan.

Baca juga:  Lansia Pilih Cuci Darah di Luar Klungkung, Bupati Suwirta Heran

Penurunan pasien rawat inap DBD di BRSU bisa dikarenakan beberapa faktor. Salah satunya adalah peningkatan kebiasan hidup sehat di masyarakat dan penanganan pasien DBD sudah berjalan baik di tingkat Puskesmas sehingga yang memerlukan rujukan ke BRSU hanya pasien yang memerlukan tindakan tingkat lanjut.

Namun ia mengungkapkan meski terjadi penurunan pasien DBD, bukan berarti kewaspadaan terhadap penyakit ini dikendorkan. Sebab sifat virus penyebab DBD jika dilihat dari pola lima tahunan memiliki pola turun dan naik. Sehingga agar tidak terjadi lonjakan kasus, diharapkan masyarakat tetap menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan pola hidup bersih dan sehat.

Baca juga:  JOX 2023 Finish di Mantucager, 2500 Bibit Pohon Ditanam di Jembrana

Jika dilihar dari data 10 penyakit rawat inap terbanyak di BRSU, penyakit DBD tahun 2018 ini tidak tercatat masuk dalam 10 besar penyakit tersebut. Saat ini penyakit yang paling banyak dirawat inap di BRSU adalah penyakit diare dan gangguan pencernaan, pneumonia akut serta cidera kepala ringan. (Wira Sanjiwani/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *