BANYUWANGI, BALIPOST.com – Aktivitas kawah Ijen, Banyuwangi, Jatim, ditutup total akibat semburan asap beracun, Kamis (22/3). Selain pendakian, aktivitas penambangan belerang juga dihentikan.

Belum dipastikan sampai kapan penutupan aktivitas di kawah yang terkenal dengan blue fire ini. Kepala Balai Konservasi Sumberdaya Daya Alam (BKSDA) Jatim wilayah Banyuwangi Sumpena menjelaskan penutupan aktivitas pendakian Ijen dilakukan sejak, Rabu (21/3) tengah malam.

Pemicunya, muncul gas beracun dari kaldera. Munculnya gas beracun sempat diwarnai letupan. Sehingga membahayakan pengunjung. “Sampai Rabu ini aktivitas pendakian dan penambangan belerang ditutup total. Kondisinya berbahaya akibat gas beracun,” kata Sumpena.

Baca juga:  Pantai-pantai di Malang Bakal Ramai Even Sepanjang Tahun

Gas beracun ini, kata Sumpena, mengarah ke aliran sungai Banyupait, alirannya ke arah Bondowoso. Akibatnya, sejumlah warga sempat menghirup gas beracun dilarikan ke rumah sakit.

Sedangkan di wilayah Banyuwangi, kondisinya normal. “Arah sungai ke Bondowoso, kalau Banyuwangi belum terdampak,” jelasnya.

Meski begitu, aktivitas pendakian dari Banyuwangi sudah ditutup total.
Sementara itu, Kepala Pos Pantau Gunung Api Ijen Bambang Heri Purwanto menjelaskan munculnya gas beracun adalah fenomena tahunan di kawah Ijen.

Baca juga:  Harga Vaksin Gotong Royong Ditetapkan Rp 500 Ribu Per Dosis

Fenomena alam ini, kata dia, dipicu musim hujan. Sehingga, suhu air di dasar kawah terjadi perbedaan mencolok dengan permukaan. Akhirnya, munculah letupan, diikuti bualan gas beracun.

Bualan  ini yang membuat gas beracun. Pertama diketahui sekitar pukul.19.30 WIB. “Fenomena gas ini biasanya muncul bulan Januari-Maret. Tapi, tergantung intensitas hujan,” jelasnya.

Hingga Rabu siang, hasil pantauan di sekitar kawah, tingkat bualan gas ini sudah mulai menurun. Warna kawah mulai jernih.

Baca juga:  Megawati Soekarnoputri Buka PKB XLV, Ribuan Warga Tumpah Ruah Saksikan "Peed Aya"

Meski begitu, pihaknya masih menginstruksikan penutupan aktivitas pendakian. Sebab, kondisinya masih berbahaya. Menurut Heri, aktivitas gas beracun ini diikuti naiknya kuantitas gempa vulkanik dangkal.

Dari kondisi normal 2 kali, naik menjadi 11 hingga 22 kali gempa. Meski memunculkan gas beracun, status Gunung Ijen masih level normal.

Sebab, aktivitas gas beracun ini bukan dari magma, namun pengaruh suhu udara akibat hujan. “Kami mengimbau masyarakat tak perlu panik. Hanya, dilarang mendekati kawah atau melakukan pendakian,” pungkasnya. (Budi Wiriyanto/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *