petani
Padi petani di Subak Sangkaragung Jembrana diserang hama wereng sehingga panen lebih awal. (BP/kmb)

NEGARA, BALIPOST.com – Para petani di Subak Sangkaragung, Kelurahan Sangkaragung, Jembrana belakangan ini menjerit pasalnya penghasilan mereka merosot. Padi petani lebih banyak di serang wereng.

Akibat serangan hama wereng (kresek), para petani selain harus memanen padinya  lebih awal, produksi gabah juga ikut merosot. Serangan wereng menyerang tanaman padi berusia 70 hari, disubak  seluas 45 hektar.

Nyoman Padek salah seorang petani, Selasa (2/1) mengatakan semestinya masa panen  sekitar 2 minggu atau ketika usia padi   90 – 100 hari, karena hampir separuh   tanaman padi di subak ini diserang  wereng, sehingga petani panen lebih awal.
Petani menyebut wereng  kresek menyerang  padi pada masa kertamasa akibat  serangan wereng   tidak hanya membuat  tanaman padi geseng.

Baca juga:  Akhir Tahun, DPRD Bangli Bahas Lima Ranperda

Serangan juga mengakibatkan, bulir padi  juga ikut  diserang sehingga bulir padi menjadi kosong. “Kalau sudah  begini membuat produksi gabah  dipastikan  menurun,” jelasnya.

Dikatakan biasanya  kalau normal  per are  bisa  menghasilkan  gabah, 70 kg namun akibat  wereng paling banter  keluar  gabah 50 atau 60 kg.

Nyoman Normen petani lainnya  yang mengaku mengarap lahan seluas 50 are juga mengatakan serangan wereng juga mengakibatkan harga padi juga lebih murah.

Baca juga:  Dari Pasien Sembuh Bertambah Hampir 2 Kali Lipat Kasus Baru hingga Pemukulan Dandim Buleleng akan Diproses Hukum

“Ya langkah terakhir memanen lebih awal, daripada rugi total, karena serangan  terus menerus berlanjut terpaksa padi dijual dengan harga penawaran murah,“ katanya.

Dikatakan kalau panen normal padi jenis ciherang bisa laku Rp 300 ribu per are, namun  karena  serangan wereng,  per are  paling laku Rp 200 ribu. “Jika hitung- hitungan dari biaya bibit pupuk, termasuk pemeliharaannya  ya rugi, ” tandasnya.
Pihaknya berharap  petugas  penyuluh  turun karena hama menganas sehingga petani tidak makin resah. (kmb/balipost)

Baca juga:  Petani Diajarkan Menafsirkan Informasi BMKG lewat SLI
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *