BUMDes
Hasil pengolahan kelapa menjadi minyak. (BP/dok)
TABANAN, BALIPOST.com – Desa Selemadeg merupakan salah satu penghasil kelapa di daerah Tabanan. Potensi ini kemudian dikembangkan oleh BUMDes Selemadeg menjadi produk yang memiliki nilai jual lebih tinggi yaitu produk VCO atau minyak kelapa murni. Tidak hanya memproduksi VCO, agar tidak terbuang percuma, limbah kelapa berupa sabuk dan batoknya pun dikembangkan menjadi kerajinan.

Perbekel Selemadeg, I Wayan Arsa Wikanta, Selasa (24/10) mengatakan, saat ini dari tujuh banjar baru dua banjar yang aktif dalam memproduksi VCO. Bumdes Selemadeg dibentuk sejak tahun lalu dengan modal awal dari bantuan pemkab. Modal ini digunakan untuk membeli alat pembuat VCO dan juga modal untuk promosi.

Baca juga:  Perusda Kembangkan Kreatif Hub

Setelah setahun berjalan, desa kemudian melihat potensi untuk mengembangkan usaha lain dengan mengolah limbah kelapa sisa olahan VCO menjadi kerajinan seperti menjadi tempat sabun dan tempat lilin. “Untuk membuat kerajinan ini dimulai dengan pelatihan. Dan sekarang sudah ada hasil untuk batok kelapa menjadi tempat sabun dan tempat lilin,” ujarnya.

Awalnya produk VCO Selemadeg dari uji laboratorium mengalami kelebihan kandungan air sehingga cepat tengik. Namun sekarang lewat proses yang baru, produk ini sudah sesuai standar bahkan aman untuk diminum dan tidak cepat tengik. Mengenai keuntungan produksi VCO ini sangat dirasakan kelompok tani maupun masyarakat. Dimana kelapa yang tua dibeli di atas harga pasar yaitu Rp 4500 per butir. Kelompok memerlukan 10 butir untuk bisa menghasilkan satu liter VCO.

Baca juga:  Entaskan Kemiskinan, Pendirian Terkendala SDM

Produksi VCO yang dihasilkan kelompok dibeli oleh Bumdes seharga Rp 80.000 per liter. “Jadi ada keuntungan untuk kelompok tani sekitar 35 ribu per liter. Rata-rata satu kelompok tani menghasillan 50 liter per 3 hari,” ujar Arsa Wikanta.

Bumdes pun kemudian menjual hasil VCO ini ke Bumda seharga Rp 100 ribu per liter. Sehingga ada keuntungan untuk Bumdes sebesar Rp 20 ribu per liter. Hanya keuntungan ini masih digunakan untuk biaya promosi produk VCO dan kerajinan. “Untung ke desa belum ada untuk saat ini karena dipakai untuk biaya promosi,” imbuhnya.

Baca juga:  Unggulkan Pariwisata, Bali Butuh Perbaikan Atraksi dan Aksesibilitas

Rencananya dengan melihat potensi pasar yang mulai banyak, pihak Bumdes hendak mengaktifkan kelompok tani untuk membuat VCO di lima banjar lainnya. Sehingga nantinya tujuh banjar yang ada di desa Selemadeg menghasilkan VCO serta kerajinan dan mendapatkan pendapatan tambahan. Dana pengembangan ini sendiri rencananya di anggarkan melalui dana desa. Hasil dari VCO dan kerajinan selain lewat Bumda juga disalurkan ke pasar oleh-oleh maupun Spa. (Wira Sanjiwani/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *