ANGERS, BALIPOST.com – Tabuh baleganjur Bali dan tari Jawa menghibur masyarakat kota Angers, Prancis Barat dalam serangkaian pelaksanaan Festival Internasional Pariwisata, Jumat (16/6). Gamelan nyaring-dinamis baleganjur Bali itu bergema di pusat kota Angers.

Penabuh melakukan parade selama hampir 45 menit melintasi jalan kota sepanjang 500 meter yang dipadati café-café. Warga kota Angers yang sedang riang gembira menyambut akhir pekan tampak suka-cita menyaksikan pawai baleganjur yang lewat.

Tertarik mendengarkan irama gamelan baleganjur yang dinamik itu, beberapa warga menatap ke jalan sambil memotret para penabuh yang berpawai. Pawai baleganjur dimainkan kelompok gamelan Puspa Warna KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) di Prancis yang dipimpin oleh Theo Merigeau.

Theo sempat belajar gamelan Bali langsung kepada seniman di Pulau Dewata. Dalam pementasan itu, Theo bersama sekitar 15 kawannya mengenakan pakaian adat Bali termasuk udeng, layaknya penabuh gamelan saat pentas di Bali. Mereka diiringi anak-anak sekolah yang sebelumnya sempat belajar menabuh angklung bambu.

Dalam pelaksanaan Festival Internasional Pariwisata Kota Angers ini, Kedubes RI di Perancis memberikan dukungan penuh dalam pentas seni. Persiapan khusus untuk menyukseskan acara ini dilaksanakan dalam tiga bulan terakhir. Aneka acara kesenian digelar untuk menyukseskan festival ini yang melibatkan sekitar 30 penari dan penabuh.

Baca juga:  Ingin Belajar ke LN? Ini Lima Negara Bersistem Pendidikan Terbaik

Pada saat pembukaan festival yang dilaksanakan Dubes Indonesia untuk Perancis Letjen (Pur) Hotmangaradja M.P. di Hotel Mercure, dipentaskan tari Bali Panyembrama dan Tarian Jawa. Di tempat terpisah, yaitu di gedung Salons Curnonsky, dilaksanakan pameran budaya dengan memajang wayang golek, payung atau tedung Bali, wayang kulit, promosi wisata aneka destinasi seperti Borobudur.

Saat itu dilaksanakan latihan bermain musik angklung bambu buat anak SD setempat usia 6-7 tahun, sebanyak 30 orang. Mereka belajar memainkan dua lagu dengan iringan instrumen bambu. “Anak-anak juga mendapat kesempatan diperkenalkan dengan wayang,” ujar Atase Pendidikan Kedubes RI di Perancis, Prof. Dr. Surya Rosa Putra, M.S., selaku penanggung jawab pelaksanaan pentas seni serangkaian Festival.

Pelatihan bermain angklung diberikan oleh Irene, staf KBRI Perancis. Pada malam harinya, dipentaskan serangkaian tari Jawa di Collegiale Saint-Martin, pusat Kota Angers.

Sebelum pementasan dimulai, panitia mementaskan kembali tabuh baleganjur. Berbeda saat pentas siang, pada pentas sore para penabuh tidak mengenakan pakaian Bali. Mereka hanya mengenakan selendang.

Penampilan mereka sore itu hanyalah sebagai ‘pengumuman’, penarik minat warga untuk hadir menonton pementasan tarian serangkaian festival. Mereka bermain baleganjur di depan gedung pertunjukan. Tabuh baleganjur diakhiri ketika pentas tari Jawa di dalam gedung dimulai. Tim kesenian yang tampil malam itu adalah kelompok tari tabuh Seka Wangi, pimpinan Christophe Moure.

Baca juga:  Famtrip India Diboyong Kemenpar ke Jogja Travel Mart dan Bali 

Malam itu dipentaskan empat tarian Jawa yaitu Golek, Klana Topeng, Jaranan dan Pencak, Lengger Gunung Sari. Penabuh memainkan gamelan Jawa secara live. Dubes Hotmangaradja M.P. berserta Nyonya dan Atase Pendidikan Prof. Dr. Surya Rosa Putra, M.S. ikut menyaksikan pementasan kesenian malam itu. Para penabuh dan penari tampak gembira karena disaksikan banyak penonton dan juga berkat hadirnya Dubes dan Nyonya.

Sekitar 100 orang menyaksikan pentas tari Jawa malam itu, sesuai dengan harapan pelaksana agar gema festival dengan content seni Indonesia dirasakan oleh masyarakat setempat sehingga hubungan harmonis antara kedua negara dalam berbagai tingkatan dapat berjalan dengan mulus.

Selain dimeriahkan pementasan kesenian selama dua hari (16-17 Juni), Festival Pariwisata Internasional Kota Angers juga dirangkaikan dengan pelaksanaan seminar pariwisata “Tourism in Indonesia and Southern Countries: Can tourism be a vector of sustainable development?”. Seminar dihadiri peneliti dan para ahli dari berbagai negara termasuk Indonesia dan Perancis. Dua diskusi meja bundar digelar untuk membahas isu-isu kepariwisataan berkelanjutan.

Baca juga:  Sukseskan ViWI, Kemenpar Gandeng Blue Bird

Seminar ini merupakan kerja sama antara University of Angers sebagai tuan rumah dengan Universitas Udayana, Politektik Negeri Bali, dan Institut Pariwisata Sahid (IPS) Jakarta. Hadir juga pengamat dari Kementerian Pariwisata Indonesia yaitu Sumarni (Kabid Strategi Pemasaran Pariwisata Pasar Asia Tenggara, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara) dan Desty Murniati (Kasubbid Perancangan Amerika Afrika, Asdep Strategi Pemasaran Pariwisata Mancanegara, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara).

Pada penutupan seminar, disepakati pelaksanaan seminar dua tahun lagi (2019), dilaksanakan di Jakarta dengan tuan rumah Institut Pariwisata Sahid (IPS). Pernyataan itu disampaikan oleh dosen IPS Dr. Nugroho Sukamdani pada acara penutupan seminar.

Pada hari terakhir Festival, Sabtu (17/6) dilaksanakan round table dicussion menghadirkan para ahli di bidang pariwisata. Termasuk ahli pariwisata Bali dari Perancis, Dr. Michel Picard, penulis buku BALI, Culutral Tourism and Touristic Culture (1996).

Puncak acara festival adalah Sabtu malam, diisi dengan pementasan aneka tari daerah Indonesia termasuk Bali dan Aceh. Kegiatan festival dan seminar berlangsung lancar. (Darma Putra/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *