
DENPASAR, BALIPOST.com – Keberadaan kalkulator hijau yang diterapkan Bank Indonesia dalam menghitung pengeluaran emisi dari kegiatan ekonomi dan mengimbanginya dengan kegiatan ramah lingkungan disambut positif Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali.
Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup Pemprov Bali I Made Rentin yang mewakili Gubernur Bali dalam penanaman 1.000 pohon mangrove di Teluk Benoa, Badung, Minggu (23/11), penggunaan kalkulator hijau dapat menjadi sarana edukasi mengenai perhitungan dan pengolahan jejak karbon.
“Edukasi mengenai perhitungan dan pengolahan jejak karbon menjadi langkah penting untuk meningkatkan kesadaran kolektif baik bagi para pelaku usaha sektor pemerintahan maupun masyarakat secara luas,” katanya dikutip dari Kantor Berita Antara.
Rentin mengatakan dengan memahami jejak emisi karbon yang dihasilkan, semua pihak dapat terpacu untuk memberikan kompensasi kegiatan ramah lingkungan agar pertumbuhan ekonomi mengedepankan prinsip berkelanjutan.
Penggunaan kalkulator hijau diterapkan dalam kegiatan penanaman 1.000 pohon mangrove pada Minggu ini. Penanaman mangrove ini merupakan kompensasi emisi sebanyak 126 ton yang dihasilkan dari Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2025 pada 7-10 Agustus 2025.
Selain melakukan penanaman pohon mangrove, Bank Sentral juga mengimbangi pengeluaran emisi dari KKI dengan membeli kredit karbon di bursa karbon.
I Made mengatakan penanaman seribu pohon mangrove di kawasan pesisir hari ini menjadi salah satu bukti komitmen bersama untuk memperkuat ekosistem mangrove sebagai paru-paru pesisir Bali yang berperang penting menyerap karbon, pelindung dari abrasi serta habitat bagi berbagai biota laut.
“Melalui kerja sama ini, kita memastikan bahwa pembangunan dan aktivitas ekonomi Bali tetap berada pada jalur keberlanjutan,” ujarnya.
Langkah BI yang mengompensasi pengeluaran emisi dari kegiatan ekonomi seperti KKI, menurut Rentin, memperlihatkan bahwa upaya menggerakkan ekonomi dapat dilakukan tanpa bertentangan dengan upaya pelestarian lingkungan. Menurutnya, langkah tersebut juga dapat direplikasi di daerah-daerah lain.
“Ini sangat selaras dengan agenda daerah Provinsi Bali yang menekankan pada penguatan tutupan hutan, pemulihan ekosistem, pengurangan emisi berbasis lahan, serta percepatan rehabilitasi mangrove sebagai penyerap karbon yang efektif sekaligus pelindung alami kawasan pesisir,” katanya.
Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti mengatakan upaya kompensasi emisi yang dihasilkan dari kegiatan ekonomi ditujukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Selain kompensasi emisi dari kegiatan ekonomi, kata Destry, BI juga mendorong perbankan untuk lebih banyak menyalurkan kredit untuk kegiatan ekonomi hijau.
“Beberapa tahun terakhir, kita berpikir alam kita juga makin lama makin rusak, dan alam pasti akan marah, sehingga kita membuat kebijakan yang kita kaitkan dengan lingkungan. Jadi, buat bank yang menyalurkan kreditnya kepada sektor-sektor yang akan hijau, apakah itu untuk pembangunan perumahan dengan prinsip hijau, atau juga untuk misalnya mobil listrik, jadi sirkulasi terjaga,” katanya.
Destry mengatakan jajaran BI ke depan perlu terus menghitung emisi yang dihasilkan dari kegiatan ekonomi dan mengkompensasikan melalui program hijau, sehingga program-program BI selaras dengan prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG). Ia mendorong penggunaan kalkulator hijau agar terus disosialisasikan.
Kepala Departemen Ekonomi-Keuangan Inklusif dan Hijau Bank Indonesia Nita Anastuty mengatakan upaya kompensasi emisi ini merupakan salah satu inisiasi bank sentral untuk mendukung program pemerintah menuju emisi nol bersih (net zero emission) tahun 2060. (kmb/balipost)


