
SINGARAJA, BALIPOST.com – Rangkaian Piodalan Agung di Kahyangan Tiga pada purnama kalima 5 November 2025 mendatang, Desa Adat Nagasepaha melakukan upacara melasti ke Segara Buleleng pada Minggu (2/11). Ribuan krama mengiringi perjalanan puluhan Pratima dan sarad dari masing-masing Dadia dan Kahyangan Tiga yang akan disucikan di Segara Buleleng.
Sejak pagi, puluhan pratima dan sarad diarak menuju pantai yang terletak di Kelurahan Kampung Bugis, Singaraja. Sepanjang perjalanan, nuansa religius terasa kuat, berpadu dengan kebersamaan masyarakat yang memadati jalan desa.
Kelian Desa Adat Nagasepaha, Jro Mangku Made Darsana, menjelaskan bahwa upacara melasti merupakan bagian dari piodalan di Pura Dalem, Pura Prajapati, dan Pura Desa. Rangkaian piodalan yang digelar dua tahun sekali ini juga dirangkaikan dengan prosesi mendak tirta Sanjiwani, yakni permohonan tirta suci kepada Ida Betara Baruna di Segara Buleleng.
“Tujuannya untuk memohon kerahayuan dan keharmonisan bagi seluruh warga desa,” ujar Jro Mangku Darsana.
Ia menambahkan melasti memiliki makna penyucian diri, baik secara sekala maupun niskala. Air laut yang menjadi media pemujaan dipercaya sebagai sumber kesucian dan kehidupan. Seusai prosesi melasti, malam harinya akan digelar ngias Ida Bhatara atau yang dikenal dengan Ngajum Sekar, sebagai persiapan menjelang puncak karya.
“Sesuai dresta di Desa Adat Nagasepaha, Melasti memang selalu dilaksanakan di Segara Buleleng. Sedangkan untuk menyambut Catur Brata Penyepian dan Piodalan biasa pelaksanaannya hanya sampai di Suter atau perbatasan desa. Tradisi ini sudah diwariskan turun-temurun,” jelasnya.
Menariknya, dalam prosesi melasti kali ini para krama negak atau malinggih turut mengenakan pakaian ngigel desa sebagai wujud ayah-ayahan dan rasa bakti. Mereka nantinya akan ngayah ngigel saat Wayonan, Kamis (6/11). “Ngigel Desa ini merupakan ungkapan rasa syukur atas terselenggaranya piodalan,” imbuhnya.
Rangkaian piodalan akan mencapai puncaknya pada 4–6 November 2025, yang dipusatkan di Pura Prajapati, Pura Dalem, dan Pura Desa.
Upacara Melasti Desa Adat Nagasepaha tidak hanya menjadi bentuk pelestarian tradisi leluhur, tetapi juga simbol kebersamaan, kesucian, dan rasa bhakti masyarakat terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa. (Nyoman Yudha/balipost)










