
DENPASAR, BALIPOST.com – Wawan Kusumajaya yang awalnya merupakan mahasiswa biasa kini mendampingi puluhan pelajar Indonesia yang ingin menuntut ilmu di Australia.
Influencer asal Bali ini berdomisili di Australia dan aktif membimbing pelajar dari Tanah Air yang ingin bersekolah menembus pendidikan tinggi di negeri Kanguru, khususnya memanfaatkan kebijakan baru di 2025 yang menguntungkan.
Menurut Wawan, Australia menjadi pilihan utama pelajar Indonesia. Jumlah mahasiswa Indonesia di Australia terus bertambah setiap tahunnya.
Universitas-universitas ternama seperti University of Sydney, UNSW, dan Melbourne University terbuka lebar menerima mahasiswa dari Indonesia. Australia menawarkan program akademik yang diakui secara global, fasilitas pembelajaran modern, serta lingkungan multikultural yang mendukung pengembangan diri, serta calon pelajar juga tidak diwajibkan memiliki sertifikat bahasa Inggris resmi seperti IELTS atau TOEFL untuk beberapa program tertentu.
Ia pun kerap memberikan tips untuk para pelajar yang ingin belajar ke Australia lewat akun TikTok dan Instagramnya. Jumlah followers di TikTok mencapai 229 ribuan orang sedangkan di Instagram mencapai 25,6 ribuan orang.
Dari pengalamannya membantu mereka yang ingin belajar di Australia, Wawan memberikan sejumlah tips praktis.
Pertama, pilih program studi yang sesuai dengan passion dan keahlian. “Jangan hanya mengikuti tren, pilih yang benar-benar Anda minati karena itu akan mempengaruhi performa akademik Anda,” saran Wawan dikutip dari keterangan tertulisnya.
Kedua, mulai persiapan jauh-jauh hari. Proses penerimaan universitas memerlukan waktu, mulai dari membuat profil akademik yang kuat hingga mengumpulkan dokumen pendukung. “Semakin awal anda mulai, semakin besar peluang diterima di universitas pilihan,” tegasnya.
Ketiga, manfaatkan konsultasi gratis dengan lembaga pendampingan. “Jangan ragu untuk bertanya dan mencari informasi akurat. Banyak pelajar yang mengalami masalah karena informasi yang tidak tepat,” lanjut Wawan.
Keempat, persiapkan diri secara mental dan emosional. Tinggal di negara asing memerlukan adaptasi tidak hanya dalam hal akademik, tetapi juga kehidupan sosial dan budaya. (kmb/balipost)

