Suasana siswa SRMP 17 saat menikmati makan siang (BP/bit).

TABANAN, BALIPOST.com – Dua orang anak didik di Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) 17 Bali di Balai Sentra Mahatmiya Bali mundur dari program tersebut sejak bulan September 2024. Kedua anak asal Kecamatan Pupuan dan Selemadeg itu memilih kembali ke rumah setelah tiga bulan bergabung dalam kegiatan pembelajaran yang dimulai sejak 14 Juli 2025.

Kepala SRMP 17 Bali, I Putu Jayanegara, membenarkan bahwa saat ini jumlah siswa yang masih mengikuti pembelajaran di SRMP 17 Bali berjumlah 73 orang dari sebelumnya 75 otang dengan tiga rombel. Dimana dua siswa memilih mundur sejak bulan September lalu.

“Alasannya sangat manusiawi. Mereka tidak bisa jauh dari orang tua. Siang mereka terlihat ceria belajar dan bermain dengan teman-teman, tapi malam hari sering menangis karena teringat keluarga,” ujarnya, Sabtu (4/10) disela kegiatan kunjungan kerja Komisi VIII DPR RI.

Baca juga:  Kodam IX/Udayana Gelar Patroli Malam

Mengantisipasi hal serupa, pihak sekolah telah menggandeng psikolog untuk memberikan pendampingan emosional bagi anak-anak yang masih beradaptasi dengan lingkungan baru. Selain itu, kegiatan tambahan juga diperbanyak, seperti ekstrakurikuler sesuai bakat dan minat, serta kegiatan refleksi malam agar anak-anak tetap merasa nyaman dan teralihkan dari rasa rindu/kangen pada orang tua

“Kami terus melakukan penguatan kerja sama dengan psikolog dan memperbanyak aktivitas positif di malam hari. Tujuannya agar anak-anak tidak merasa kesepian dan tetap betah di lingkungan sekolah rakyat,” tambah Jayanegara.

Baca juga:  Sekolah Rakyat Disiapkan Dua Kurikulum Pembelajaran

Sebagai tindak lanjut, dua anak yang memilih pulang tersebut telah difasilitasi untuk melanjutkan pendidikan di sekolah reguler.

“Kami pastikan mereka tetap sekolah. Ada sekolah reguler yang siap menerima mereka dengan surat kesediaan resmi. Jadi tidak ada anak yang putus sekolah,” tegasnya.

Sementara itu, untuk mengisi kekosongan, SRMP 17 Bali telah menyiapkan satu calon pengganti dari Tabanan, sedangkan satu lagi masih dalam tahap penjajakan bersama Dinas Pendidikan Kabupaten Tabanan, diharapkan berasal dari anak putus sekolah agar bisa kembali mendapatkan akses pendidikan. Meski ada yang mundur, sebagian besar peserta lainnya justru semakin betah.

Baca juga:  Dihantam Longsor, Tembok Kamar Warga Banua Jebol

“Bahkan ada yang saat pulang ke rumah justru ingin cepat kembali ke sekolah karena sudah merasa nyaman dengan lingkungan dan kegiatan di sini,” ungkap Jayanegara.

Program Sekolah Rakyat sendiri merupakan inovasi pendidikan inklusif yang dirintis untuk memberikan kesempatan belajar bagi anak-anak dari berbagai latar belakang, termasuk mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu. Tahun 2025 merupakan masa uji coba pelaksanaan program ini, dan rencananya untuk di Bali akan dibangun untuk jenjang SMA di daerah Kubu, Karangasem dengan luas lahan 5 hektar.(Puspawati/balipost)

 

BAGIKAN