Ni Nengah Manis, korban banjir bandang di Denpasar ditemui Presiden Prabowo, Sabtu (13/9) saat berkunjung ke Pasar Kumbasari, Denpasar. (BP/win)

DENPASAR, BALIPOST.com – Ni Nengah Manis, seorang pedagang kopi keliling di areal Pasar Kumbasari merupakan salah satu korban banjir bandang di Denpasar. Ia yang berusia 60 tahun itu tak bisa berjualan karena barang-barang dagangannya hancur diterjang air Tukad Badung yang meluap pada Rabu (10/9) pagi.

Presiden Prabowo Subianto menyempatkan diri menemui warga yang terdampak banjir bandang di kawasan Pasar Kumbasari, di Jalan Gajah Mada Denpasar dalam kunjungannya, Sabtu (13/9). Didampingi Gubernur Bali, Wayan Koster, Presiden Prabowo berbincang langsung dengan warga terdampak, salah satunya Manis.

Ditanya apa saja yang diperbincangkan dengan orang Nomor Satu di Indonesia itu, Manis mengungkapkan ditanya terkait apa saja yang dibutuhkan saat ini. Ia pun menceritakan kondisinya kepada Presiden Prabowo.

Baca juga:  BRI Luncurkan BRIWORK Ketiga di Universitas Jember

Dikatakan, Presiden Prabowo siap membantu segala kebutuhannya. “Saya minta modal bantuan untuk jualan, karena barangnya habis semua dilarikan air (diterjang banjir bandang,red). Saya perlu bantuan. Saya ditanya berapa? (oleh Presiden Prabowo,red). Berapa aja boleh saya nggak memaksa. Berapa aja dikasi, biar bisa jualan saya,” Manis menceritakan obrolannya dengan Presiden Prabowo, saat ditemui di kos-kosannya, Sabtu (13/9).

Perempuan asal Karangasem ini, mengatakan bahwa dalam kesehariannya berjualan kopi keliling di kawasan Pasar Kumbasari dan Pasar Badung. Sejak kecil ia sudah tinggal di Denpasar.

Baca juga:  Rute Penerbangan Bali-Hongkong Bertambah

Diakuinya, baru pertama kali ini banjir terjadi sebesar ini. Seluruh barang dagangan beserta pakaiannya hanyut terbawa banjir. “Semua barang habis hanyut. Sampai saya telanjang seharian nggak punya baju karena semua hanyut,” ungkapnya.

Ia menceritakan, air banjir masuk ke kamar kosnya pada pukul 04.00 WITA. Karena ia menderita penyakit stroke, ia pun digendong oleh temannya dan dilarikan ke banjar. Sehingga, ia bisa selamat dari bencana ini.

Ia mengaku baru pertama kali ini melihat banjir setinggi dan sebesar ini. Dikatakan, dulu pernah air naik, tapi tidak setinggi dan sebesar bencana banjir kali ini.

Baca juga:  Jaksa Agung Sebut Pidana Korupsi Begitu Masif

“Ini paling besar, kayak tsunami. Kali ini hancur semua, kalau dulu nggak seperti saat ini,” tuturnya.

Ia mengaku tinggal sendiri di kost. Ia sudah bercerai dengan suaminya. Sementara anaknya sudah meninggal dunia.

Pascabanjir, ia bersama teman kost lainnya tetap tinggal di dalam kosan tersebut. Pada malam harinya hanya diterangi lilin, karena listrik belum menyala. “Saya tetap tinggal di kost, dikasi tikar dan bantal dari banjar. Karena tidak ada posko daerah sini,” pungkasnya. (Ketut Winata/balipost)

BAGIKAN