
DENPASAR, BALIPOST.com – Menteri Sosial RI, Saifullah Yusuf menyerahkan santunan kepada 16 korban banjir yang meninggal dunia pada Jumat (12/9). Santunan ada yang diserahkan di RS Ngoerah atas nama Muiz Nisar Jusein (50), suami dari Nadira. Korban kedua, Qushay (20) dan ketiga, Nadira (48). Ketiganya beralamat di Jalan Sulawesi nomor 92, Desa Dauh Puri Kangin.
Santunan juga diserahkan di Balai Banjar Dakdakan, Kelurahan Peguyangan. Korban tersebut adalah Ni Wayan Lenyod (56), beralamat di Banjar Tengah, Kelurahan Serangan, Ni Wayan Puspa (83), beralamat di Jl. Kartini, Gg. XIII, Desa Dauh Puri Kaja, Denpasar Utara, Dedek Rio (20), beralamat di Jl. Subur, Monang – Maning Denpasar Barat.
Santunan lainnya diberikan kepada Ni Wayan Werni (70), beralamat di Jl. Lembu Sora, Br. Pemalukan, Peguyangan, Denpasar Utara, Ni Ketut Merta (63), beralamat di Jl. Gunung Agung, Gg. Bumi Ayu Br/Link. Kerta Darma, Tasnim Ibrahim (43), Farwah Husein (25), anak dari Tasnim. Keduanya beralamat di beralamat di Jl. Sulawesi No. 94 Denpasar Barat. Korban lain yaitu Ni Nyoman Sari (61) dan Ni Nyoman Deloh (61).
Sementara korban dari Kabupaten Badung atas nama Endang Cahyaning Ayu (42), dengan alamat belum diketahui. Korban dari Kabupaten Jembrana, Nita Kumala (23) dengan alamat Desa Pengambengan, I Gede Oka Sudiastawa (38), alamat Desa Dangin Tukadaya. Sementara korban dari Kabupaten Gianyar, Ni Made Latif (70), Ni Wayan Suweni (50) dan Ni Made Rupet (87).
Saifullah mengatakan, 16 santunan ini merupakan korban yang telah diasesment Kemensos. Masih ada 2 korban lagi yang sedang proses asesmen sehingga total ada 18 korban. Santunan yang diberikan sebesar Rp15 juta untuk yang meninggal dunia dan Rp5 juta untuk yang luka-luka.
“Setiap bencana, kita atasi bersama antara berbagai kementerian dan juga pemda. Yang memimpin di depan BNPB. Sementara Kemensos pada dukungan shelter dan logistik apa yang dibutuhkan sambil pelan- pelan, kita atasi bersama-sama baik kebutuhan saat tanggap darurat atau pada saat rehabilitasi,” ujarnya.
Pada masa tanggap darurat, ia memastikan kebutuhan logistik tercukupi, terutama diprioritaskan pada anak-anak sekolah dan ibu-ibu harus segera mendapatkan dukungan yang diperlukan.
Salah satu korban yang mengungsi di Banjar Dakdakan, Kelurahan Peguyangan, I Made Mahendrayana mengatakan ketika tembok depan rumahnya jebol ia lari ke belakang rumah. Di belakang rumah ada tembok tinggi, sehingga ia berusaha naik. Dengan kondisi gelap dan situasi panik, ia berlarian hingga menginjak sesuatu yang membuat kakinya terluka.
Namun setelah kejadian ini, ia merasa bingung apa yang bisa dilakukan. Karena harta benda yang dimiliki telah hilang, bahkan rumahnya rusak. Korban lainnya seorang wanita paruh baya mengatakan, kakinya tertusuk paku saat menyelamatkan diri. Ketika air tiba- tiba datang, ia berusaha naik ke tembok, namun yang menjadi pijakannya itu ternyata runtuh hingga ia terjatuh dan menginjak paku. (Citta Maya/balipost)