Canda dan Cinta, owner Pororo Kitchen. (BP/HO-BRI)

DENPASAR, BALIPOST.com – Usia muda tak menjadi halangan untuk menjadi pengusaha. Bahkan belum menamatkan pendidikan sarjana pun seseorang bisa sukses. Seperti Canda dan Cinta, owner Pororo Kitchen.

Kembar berusia 21 tahun ini selama 4 tahun terakhir mulai belajar membuat aneka muffin, roti sisir, pisang coklat keju, dessert box, donat kentang dan peach gum. Skill membuat kue dan roti mereka warisi dari ibunya yang dulu juga membuat kue untuk dijual.

Pada awalnya Canda dan Cinta membuat kue untuk menambah uang jajan ketika Pandemi Covid-19. Namun ternyata, usahanya berkembang pesat. Tanpa toko pun penjualannya bisa laris manis.

Canda menuturkan awalnya hanya menerima PO (planning order) lewat sosial media. “Kami jualan hanya by PO, belum ada toko, cuma home bakery,” ujar Bhujangga Ayu Canda Berliana Susila yang akrab disapa Canda ini, Kamis (28/8).

Dengan dibantu dua orang karyawan, Canda dan Cinta mengerjakan orderan yang jumlahnya 1.500an per minggu. Per minggu ia bisa berproduksi 500 pcs untuk satu jenis roti sisir, muffin bisa berproduksi 600-1000 pcs per minggu. Dengan penjualan itu, ia bisa meraih omzet hingga Rp20 juta per bulan.

Baca juga:  Erick Thohir Kukuhkan Pengurus FH BUMN

Meski masih kuliah, namun usaha home industry ini tetap bisa dilakoni. Mulai dari pemasaran, menerima PO, produksi, hingga pengiriman mereka kerjakan berdua secara bergiliran. Sedangkan karyawannya hanya membantu produksi di dapur.

“Kebetulan saya dengan kembaran jam kuliahnya beda-beda, saya kuliah sore dan Cinta kuliah pagi, jadi gantian kerjainnya. Cinta yang produksi, sorenya saya yang kirim dan menerima PO,” tuturnya.

Namun diakui permodalan masih menjadi kendala. Terutama ketika akan memperbesar usaha baik kapasitas produksi maupun tempat usaha. “Belum lagi risiko customer cancel mendadak padahal sudah isi format order, kendala operasional listrik mati tiba-tiba, pengembangan resep baru, karena perlu trial and eror dll,” ungkapnya.

Beruntung ada pinjaman berbunga rendah yaitu KUR yang diberikan BRI. Dengan modal itu ia bisa memperbesar kapasitas usahanya.

Baca juga:  Saatnya Bali Miliki Badan Otorita Pariwisata

Selain itu, pencairan KUR yang cepat tanpa ribet juga membuatnya tak perlu pusing memikirkan modal. “Biasanya orang kan males mengurus administrasi kalau mau cari KUR, tapi ini cepat banget. Paginya saya mengajukan, sorenya sudah cair,” ungkapnya.

Walaupun usianya masih muda, namun kewajiban tersebut dapat dipenuhi mengingat penjualan per harinya sudah melebihi dari kewajiban kredit yang harus dibayar. Dengan kewajiban itu pula, ia dapat termotivasi untuk memasarkan maupun mengembangkan resep-resep baru.

“Tapi ya.. namanya orang usaha pasti ada naik turunnya, omzet tidak selalu mulus. Tapi kami berusaha untuk selalu ada penjualan dan produk baru. Seperti sekarang sedang tren donat labu, jadi kita coba buat,” ujarnya.

Ia memiliki mimpi untuk membuat rumah produksi yang lebih besar. “Kami ingin Pororo Kitchen ke depan lebih baik, melayani customer dan lebih berkembang,” ungkapnya.

Baca juga:  Brand Finance Taksir Nilai Merek BRI Capai 5,3 Miliar Dollar

Ia juga berpesan pada anak-anak muda yang sedang berusaha untuk membangun usaha atau bisnis agar terus berjuang dan jengah. “Anak muda pasti ada magernya (malas gerak) tapi selalu ingat tujuan awal menjalankan bisnis untuk apa, itu akan memotivasi diri sendiri untuk terus berusaha,” imbuhnya.

Regional CEO BRI Region 17/Denpasar Hery Noercahya mengatakan, BRI selalu konsisten dalam memberikan dukungan permodalan bagi pelaku UMKM dan pendampingan usaha sehingga pelaku UMKM terus berkembang dan naik kelas.

“Kisah sukses Pororo Kitchen menunjukkan bahwa akses pembiayaan yang tepat dapat membantu anak muda Indonesia mewujudkan mimpi dan memberikan dampak positif bagi perekonomian daerah. BRI ingin lebih banyak lahir success story baru dari pengusaha muda binaan kami”ungkapnya.

Sebagai Informasi, BRI merupakan Bank penyalur KUR terbesar di Indonesia. Hingga Juli 2025, BRI Region 17/Denpasar berhasil menyalurkan KUR senilai Rp. 6,6 triliun kepada lebih dari 561.000 debitur. (*)

BAGIKAN