Suasana di salah satu mall di Denpasar. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menilai kinerja sektor ritel masih berada pada kondisi stabil hingga pertengahan Agustus 2025. Meski demikian, dalam sepekan terakhir menunjukkan kecenderungan sedikit melemah.

Ketua DPD Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Bali, Budiman A. Sinaga di Denpasar, Jumat (22/8) mengatakan, tahun ajaran baru memang sempat membuat transaksi mengalami peningkatan namun sepekan terakhir mengalami penurunan karena memasuki low season dan low market.

Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year on year), capaian ritel masih mencatatkan pertumbuhan positif. Optimisme pelaku ritel pun tetap terjaga seiring dengan langkah pemerintah yang dinilai semakin adaptif dalam menghadapi dinamika perekonomian.

“Retail yang masih eksis hingga saat ini adalah yang mampu mengikuti demand dan segmentasi konsumennya. Kami yakin dengan kebijakan pemerintah yang semakin baik, daya beli masyarakat tetap terjaga,” ujarnya.

Ia menekankan pentingnya strategi adaptif, baik dari sisi produk, layanan, maupun model bisnis, agar mampu merespons perubahan perilaku belanja masyarakat. Dengan demikian, sektor ritel diyakini akan tetap berperan sebagai salah satu penopang utama pertumbuhan ekonomi domestik.

Baca juga:  1,5 Ton Daging Bebek Beku Puluhan Juta Rupiah Gagal Masuk Bali

Hal sama disampaikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Bali, Erwin Soeriadimadja. Prospek penjualan ritel di Bali ke depannya diproyeksikan akan tetap menunjukkan pertumbuhan positif. Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP), yang mencerminkan keyakinan pelaku usaha terhadap kinerja penjualan ritel dalam jangka pendek dan menengah, menunjukkan tren peningkatan.

“Responden memprakirakan penjualan pada 3 dan 6 bulan ke depan tetap terjaga yang tercermin dari IEP September 2025 sebesar 182, dan pada Desember 2025 sebesar 188, masih berada di level optimis (IEP > 100),” katanya.

Terjaganya IEP tersebut mencerminkan pertumbuhan ekonomi Bali akan terus melaju, di tengah ketidakpastian ekonomi global. Demi mendorong peningkatan IPR, performa penjualan ritel dan konsumsi masyarakat perlu terus diperkuat. Dalam upaya tersebut, Bank Indonesia Provinsi Bali bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota terus mempererat sinergi guna menjaga kestabilan harga, melindungi daya beli masyarakat, dan memastikan agar perekonomian Bali meraih pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan.

Ia menyampaikan pada Juli 2025, tren positif penjualan eceran di Provinsi Bali diprakirakan masih berlanjut yang tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Bali yang sebesar 120,3 atau secara tahunan tumbuh 4,8% (yoy), dan masih berada di level optimis (>100). Secara bulanan, IPR Bali melandai sebesar -0,2% (mtm) seiring dengan durasi hari libur wisatawan nusantara (wisnus) pada bulan Juli tidak setinggi bulan Juni.

Baca juga:  Masuk Kantor Wali Kota dan MPP Wajib Gunakan PeduliLindungi

Namun, penurunan IPR lebih dalam tertahan seiring dengan adanya peningkatan konsumsi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sekolah di tahun ajaran baru. Prakiraan kinerja positif IPR pada Juli 2025 sejalan dengan data inflasi Badan Pusat Statistik (BPS) Juli 2025 yang tercatat sebesar 3,16% (yoy), meningkat dibandingkan inflasi bulan Juni 2025 yang sebesar 2,94% (yoy).

Inflasi yang terkendali mendorong optimisme konsumsi masyarakat di Bali, meskipun pertumbuhan IPR yang lebih tinggi tertahan oleh adanya kerusakan jalan nasional di Desa Bajera, Kabupaten Tabanan yang terjadi pada 7 Juli 2025.

Oleh karena itu, jalur distribusi terhambat dan memakan waktu lebih lama dengan adanya pengalihan arus lalu lintas ke jalur utara hingga perbaikan berhasil diselesaikan pada 19 Juli 2025.

Baca juga:  BRI Menanam Bantu Jaga Ekosistem Laut dan Kembangkan Potensi Wisata Daerah

Survei Penjualan Eceran (SPE) Bali merupakan survei bulanan terhadap 100 penjual eceran/pengecer di Kota Denpasar dan sekitarnya yang bertujuan untuk memperoleh informasi dini mengenai arah pergerakan pertumbuhan ekonomi dari sisi konsumsi.

Berdasarkan komponen pembentuknya, prakiraan tertahannya laju pertumbuhan penjualan eceran di Bali pada Juli 2025 berasal dari beberapa sub sektor, seperti suku cadang dan aksesori yang menurun sebesar -4,3% (mtm), peralatan informasi dan komunikasi yang menurun sebesar -4,0% (mtm) serta makanan, minuman dan tembakau yang melandai sebesar -1,4% (mtm).

Di sisi lain, masih positifnya IPR didukung oleh pertumbuhan lima sub sektor lain, dengan peningkatan terbesar pada kategori sandang (termasuk seragam sekolah) yang meningkat sebesar 3,1 (mtm), barang budaya dan rekreasi (termasuk alat tulis) yang meningkat 2,8% (mtm) serta barang lainnya (farmasi, kosmetik, elpiji untuk rumah tangga, dan barang kimia untuk rumah tangga) yang meningkat 1,1% (mtm).

Kinerja IPR di Bali yang masih terjaga positif tersebut menunjukkan adanya pertumbuhan konsumsi masyarakat di Bali. (Suardika/bisnisbali)

BAGIKAN