Ni Nyoman Yulianingsih menunjukan dupa produksinya. (BP/HO-BRI)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Mengawali usaha menjadi reseller dupa sejak 2018, siapa yang menyangka Ni Nyoman Yulianingsih saat ini memiliki industri dupa, produksinya sendiri.

“Awalnya saya seorang reseller dupa, saya mulai saat itu tahun 2018,” ujarnya, Selasa (12/8).

Ibu satu anak ini cukup giat menjajakan usaha dupanya. Dalam waktu dua tahun, ia akhirnya mampu memperbesar skala usahanya.

Berbekal pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BRI, Yulianingsih hingga saat ini mampu menghasilkan omzet Rp50 juta sampai Rp60 juta per bulan. “Karena penjualan saya cukup maju, BRI menawarkan saya pinjaman KUR karena saya sering ke sana juga. Disana saya mendapat pinjaman Rp150 juta,” ujarnya.

Dana tersebut ia pergunakan untuk membantu reseller kecil dengan memberikan modal barang. Di perjalanan, karena ia merasa telah memiliki jaringan penjualan cukup luas, akhirnya ia memutuskan untuk menggunakan pinjaman KUR tersebut untuk memproduksi sendiri sejak 2020.

Baca juga:  BRI Raih ESG Awards 2023 by KEHATI, Makin Unggul Terapkan Bisnis Berkelanjutan

Produksi dupa dilakukan di Br. Pemaron Delodan, Gang Angsoka nomor 5, Desa Munggu, Kecamatan Mengwi, Badung. Hingga kini dalam sehari, ia bisa memproduksi 1.500 pcs dupa.

Usaha dupanya telah memberi penghidupan terhadap banyak orang. Selain mempekerjakan empat orang karyawan, ratusan resellernya tersebar di seluruh Bali hingga ke luar Bali. “Jadi kita juga mempekerjakan empat pegawai, sebelumnya kita belum ada pegawai,” ujarnya.

Sementara penjualan dilakukan secara online, lewat reseller, dan penjualan konsinyasi di puluhan toko. Area penjualannya mencakup Bedugul, Nusa Dua, Tabanan, Lampung, Lombok, Sulawesi, Kalimantan.

Baca juga:  BRI Salurkan Bansos Sembako ke 10,7 Juta KPM dan PKH 3,7 Juta Keluarga

“Jadi modal yang diberikan BRI, full saya gunakan untuk modal usaha, membesarkan usaha dupa. Bahkan dari awalnya menggunakan mobil pribadi untuk mengirim barang, akhirnya sekarang kita punya satu armada khusus untuk pengiriman dan operasional usaha,” tuturnya.

Menurutnya, menjadi wirausaha modalnya hanya fokus dan konsisten. Ia berusaha konsisten agar tetap ada pemasukan dan penjualan setiap harinya. Hal itu karena ia harus memenuhi kewajiban kredit. Selain itu, modal usaha yang didapatkan juga dikelola secara ketat, tidak bercampur dengan keuangan pribadi atau rumah tangganya.

Hal kecil dalam pengelolaan keuangan itu, cukup ampuh dalam mempertahankan keberlangsungan usahanya.

Baca juga:  Cegah Penyebaran Virus Corona, Fasilitas Bandara Ngurah Rai Didisinfeksi

“Semasih ada pinjaman, saya berusaha menggunakannya dengan ketat, setiap penjualan yang didapat, saya gunakan untuk diputar kembali untuk produksi, operasional usaha dan kewajiban membayar kredit. Sedangkan keuntungan yang saya dapat juga saya gunakan dulu untuk mengembangkan usaha,” ungkapnya.

Regional CEO BRI Region 17 Denpasar Hery Noercahya menyampaikan bahwa memang tujuan program KUR adalah untuk membantu pelaku usaha mengembangkan usahanya dan bisa naik kelas.

BRI pun ingin turut menumbuhkan pelaku usaha di Bali dan Nusa Tenggara agar semakin banyak yang menjadi wirausaha. Semakin banyak wirausaha maka akan tercipta kemandirian ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. (kmb/balipost)

BAGIKAN