Suasana MPLS di SDN 3 Jatiluwih, Tabanan. (BP/Istimewa)

TABANAN, BALIPOST.com – Krisis siswa baru di tahun ajaran 2025/2026 dialami SDN 3 Jatiluwih, Desa Jatiluwih, Tabanan. Tahun ini, sekolah tersebut hanya menerima dua siswa baru.

Kepala SDN 3 Jatiluwih, Ni Wayan Artini, dikonfirmasi Kamis (24/7) mengatakan, kondisi minimnya peserta didik bukan hal baru bagi SDN 3 Jatiluwih. Sekolah ini setiap tahun memang mengalami kekurangan siswa.

Saat ini total jumlah siswa hanya 26 orang, yang tersebar dari kelas I hingga kelas VI. Rinciannya, kelas I (2 siswa), kelas II (6), kelas III (4), kelas IV (4), kelas V (6), dan kelas VI (4). Untuk pnyebab utama krisis siswa karena banyaknya warga yang merantau, sehingga lulusan dari taman kanak-kanak (TK) pun menjadi sangat minim.

Baca juga:  PJJ Untuk SD Tidak Berjalan Baik

Meski minim siswa, proses belajar di sekolah tetap berjalan. Misalnya saja saat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), pihak sekolah tetap melaksanakan dengan penuh antusias.

“Ada tiga banjar yang menjadi zona sekolah kami, yakni Banjar Kesambahan Kaja, Banjar Kesambahan Kelod, dan Banjar Kesambi. Tapi lulusan TK sangat sedikit, jadi wajar jika yang mendaftar hanya dua,” ujarnya.

Walau begitu, Artini menegaskan bahwa pihak sekolah tetap memberikan pengajaran maksimal. “Kami tetap semangat mengajar, dan anak-anak juga tetap antusias belajar. Kami jalankan proses belajar seefektif mungkin,” imbuhnya.

Baca juga:  Longsor dan Pohon Tumbang di Penebel, Kerugian Ditaksir Capai Ratusan Juta

Terkait kondisi ini, Dinas Pendidikan Kabupaten Tabanan telah mengambil langkah antisipatif. Regrouping atau penggabungan sekolah menjadi salah satu opsi yang sedang dikaji.

SDN 3 Jatiluwih rencananya akan digabung ke SDN 1 Jatiluwih. Namun proses ini dilakukan secara hati-hati.

“Kami sudah mulai sosialisasi kepada tokoh adat dan perangkat desa agar proses ini tidak menimbulkan kegaduhan,” jelas I Made Sukanitera, Kabid SD Dinas Pendidikan Tabanan.

Baca juga:  Colek Pamor Juga Terjadi Di Desa Kukuh

Ia menambahkan, meskipun jarak antara SDN 3 dan SDN 1 Jatiluwih sedikit jauh, langkah regrouping tetap disiapkan dengan matang agar tidak menyulitkan siswa maupun orang tua.

Menurut Sukanitera, kondisi minimnya siswa di SDN 3 Jatiluwih menjadi perhatian serius karena terjadi setiap tahun. “Koordinasi masih terus kami lakukan agar proses ini berjalan lancar,” pungkasnya. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN