Ketua TPS3R Paku Asri Kelurahan Panjer, I Nyoman Astawa menunjukkan proses pengolahan sampah di TPS3R (BP/May)

DENPASAR, BALIPOST. com – Rencana pemerintah menutup praktek open dumping TPA Suwung, menuntut TPS3R bergerak masif melakukan pembenahan.

Ketua TPS3R Paku Asri Kelurahan Panjer, I Nyoman Astawa, ditemui Rabu (16/7) mengatakan, dengan ditutupnya praktek open dumping TPA Suwung, maka pihaknya akan mengambil langkah-langkah yaitu, mengaktifkan kembali bank sampah ke seluruh kelurahan Panjer terutama di 9 banjar adat. “Karena disana ada arisan ibu – ibu dan berpotensi mengurangi asupan sampah yang masuk ke TPS34,” ujarnya.

Dengan sangat terpaksa, pihaknya akan memilah kembali sampah yang masuk TPS3R. Oleh karena itu, jadwal pembuangan akan diketatkan. “Jadwal dari pembuangan masyarakat melalui swakelola akan kami ketatkan pembuangan sampah organik dan anorganik,” ujarnya.

Dengan demikian akan memudahkan pengelola untuk memilah kembali. Melalui aparat kelurahan dan bendesa adat juga akan mengimbau masyarakat khususnya yang berdomisili di kelurahan Panjer selalu akan tetap mengedukasi pentingya memilah sampah mengacu ke Perda Denpasar 8 tahun 2023.

Baca juga:  Simulasi Jadwal Pelantikan Kepala Daerah Mulai Dibuat

Bagi masyarakat yang masih memiliki lahan di masing-masing rumah, maka diharapkan membuat biopori dan teba modern. TPS3R Paku Sari, Panjer memiliki luas lahan 11 are dengan volume sampah per harinya 8-10 truk atau sekitar 30 ton.

Sementara sampah yang baru bisa diolah hanya 3 truk, sehingga sisanya dibuang ke TPA Suwung. Maka dari itu ke depan pemilahan sampah di tingkat rumah tangga sangat penting agar sampah ketika sampai di TPS3R telah terpilah menjadi sampah organik dan anorganik.

Sampah anorganik dipilah lagi di TPS3R dalam beberapa jenis sedangkan sampah organik diolaj menjadi kompos, kompos organik dan media tanam. “Kami di TPS3R Paku Sari fokus ke kompos ini karena pelanggan kami saat ini cukup banyak,” ujarnya.

Baca juga:  Sasar Anak TK, TP PKK Bali Gelar Edukasi Pungut dan Pilah Sampah

Sementara Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Sekar Tanjung Desa Sanue Kauh, I Putu Sila Dharma, yang lokasinya cukup dekat dengan TPA Suwung juga akan memperketat operasional TPS3R, karena menurutnya kunci kesuksesan penanganan sampah di tingkat desa adalah pemilahan di tingkat rumah tangga. “Kami mau tidak mau harus siap jika TPA Suwung ditutup. Karena kita sudah punya solusi,” tegasnya.

Berdasarkan pengalaman sebelumnya yang mana TPA sempat ditutup karena overload, saat itu ia mengimbau pelanggan untuk menyimpan sampahnya terlebih dulu. “Dan itu bisa terjadi, masyarakat mau, mindsetnya mau berubah sedikit,” ujarnya.

Mindset mengolah sampah di rumah tangga ini saat ini masih menjadi PR, walaupun telah ada perubahan perilaku masyarakat terkait pengelolaan sampah. “Masyarakat yang awalnya di tahun 2017 awal kami berdiri, marah-marah karena disuruh memilah sampah dan membayar iuran, kini sedikit mereda tapi tetap banyak alasan jika disuruh memilah, tapi sekarang sudah mau memilah,” tuturnya.

Baca juga:  Cegah Klaster Baru Usai Lebaran, Polisi Perketat Pengawasan Bus dan Travel

Kini sampah yang masuk ke TPS3R Sekar Tanjung telah terpilah meski tidak sempurna. Jumlah pelanggannya pun terus bertambah yang awalnya 40 rumah tangga, kini telah mencapai 700 pelanggan.

Dari 8-15 ton sampah yang dihasilkan warga Sanur Kauh, sebanyak 2-4 ton sampah organik dan 2 ton sampah anorganik mampu diolah. Dengan operasional TPS3R Sekar Tanjung saat ini telah mampu mengurangi 50-60 persen pembuangan ke TPA mengingat pemilahan belum sempurna. (Citta Maya/Balipost)

BAGIKAN