Ida Bagus Kartika saat berlatih untuk pentas di Pesta Kesenian Bali 2025, Minggu (8/6) di Denpasar. (BP/win)

DENPASAR, BALIPOST.com – Dalam pementasan drama gong lawas, ada sosok penabuh legendaris yang selalu menjadi sorotan publik. Aksinya yang penuh energik saat memainkan instrumen gamelan selalu menjadi daya tarik penonton drama gong lawas.

Dia adalah Ida Bagus Kartika, seniman tabuh drama gong yang lihai memainkan instrumen gamelan Ugal. Karena aksinya yang energik tersebut ia dijuluki sebagai tukang ugal lawas panggul maplincer.

Aksi-aksinya di panggung kerap menjadi perhatian penonton saat pementasan drama gong lawas berlangsung. Apalagi, instrumen yang dimainkannya tersebut sebagai pengatur tempo sekaligus menjadi pemimpin jalannya sajian gamelan. Sebab, ugal merupakan instrumen gamelan yang memainkan melodi utama dalam satu kesatuan gamelan gong.

Baca juga:  Cegah Meluasnya Penyebaran COVID-19, Pengarakan Ogoh-ogoh Tidak Boleh Dilakukan

Ida Bagus Kartika mengaku telah menggeluti instrumen gamelan ugal sejak mengikuti festival gong kebyar pada tahun 1988 silam. Setahun setelahnya, pria kelahiran Br. Apuan Bangli, 29 Mei 1969 ini berkesempatan ikut nabuh drama Barat Budaya di posisi yang sama, yaitu Ugal.

Setelah Drama Barat Budaya pecah, ia kemudian gabung ke Drama Sancaya Dwipa selama 15 tahun. Dan hingga kini di Paguyuban Drama Gong Lawas tetap memainkan gamelan ugal. Selama 37 tahun menggeluti instrumen gamelan Ugal, tak salah ia dijuluki “Tukang Ugal Lawas”.

Baca juga:  Kuningan, Tambahan Kasus COVID-19 Bali di Bawah 100 Orang Tapi Kabar Duka Masih Dilaporkan

Pria yang akrab disapa Kakyang ini, mengungkapkan instrumen ugal merupakan instrumen gong yang memiliki peran sentral dalam memandu jalannya musik drama gong. Pemusik ugal harus mengetahui situasi dan kondisi yang sedang diperankan oleh pemeran drama gong. Alunan musik gamelan gong mesti seirama dengan situasi dan kondisi yang sedang terjadi.

Di sinilah tukang ugal dituntut untuk peka membaca situasi agar musik tabuh yang diberikan tidak menoton. Bahkan, ia mengumpamakan antara pemain drama dengan tukang ugal bagaikan suami istri yang saling memahami.

“Sebagai tukang ugal harus tau ‘rasa’ pemain dramanya, sehingga suasana apa yang dirasakan pemain harus nyambung dengan pemain ugal. Bagaikan suami istri ini, kalau nggak seperti itu gak hidup dramanya,” ujarnya saat ditemui latihan persiapan pementasan drama gong lawas pada PKB XLVII Tahun 2025, di Sekretariat Paguyuban Peduli Seni Drama Gong Lawas di Puri Gandapura, Denpasar, Minggu (8/6).

Baca juga:  Selundupkan Kiloan Kokain, WN Brazil Dituntut Belasan Tahun Penjara

Terkait aksi kreatifnya yang penuh energik saat memanggul instrumen ugal, Kakyang mengatakan aksinya tersebut terjadi secara refleks. Bahkan aksinya sambil menarikan sebuah panggul itu terjadi secara refleks. “Refleks gerakan itu, seperti menarikan panggul di atas itu terjadi secara refleks,” ungkapnya. (Ketut Winata/balipost)

BAGIKAN