
DENPASAR, BALIPOST.com – Daging babi dikenal sebagai salah satu sumber protein hewani yang kaya nutrisi, mulai dari vitamin B kompleks hingga zat besi.
Namun, jika tidak diolah dengan benar atau dikonsumsi berlebihan, daging ini bisa membawa sejumlah dampak buruk bagi kesehatan.
Yuk, kenali apa saja risikonya agar kamu bisa lebih bijak dalam mengonsumsinya, dilansir dari berbagai sumber:
1. Risiko Terinfeksi Cacing Gelang
Mengonsumsi daging babi yang tidak matang sempurna bisa menyebabkan infeksi cacing gelang akibat parasit Trichinella spiralis. Parasit ini bisa masuk ke tubuh dan menimbulkan gejala seperti nyeri otot, kram perut, diare, dan demam.
Parasit tersebut bisa menyebar ke berbagai organ tubuh, bahkan sampai ke otak dan jantung jika dibiarkan. Cara terbaik untuk mencegahnya adalah memastikan daging benar-benar matang saat dimasak, bukan hanya sekadar berubah warna di permukaan.
2. Menyebabkan Masalah Jantung
Daging babi mengandung lemak jenuh yang cukup tinggi. Jika dikonsumsi terlalu sering, ini bisa meningkatkan kadar kolesterol jahat dalam darah yang memicu penyakit jantung dan tekanan darah tinggi.
Untuk menjaga kesehatan jantung, penting membatasi konsumsi daging tinggi lemak dan memilih metode memasak yang lebih sehat seperti dikukus atau dipanggang tanpa minyak berlebih.
3. Meningkatkan Risiko Kanker Kandung Kemih
Ketika daging babi dimasak dengan suhu tinggi seperti dibakar atau dipanggang, dapat terbentuk senyawa berbahaya bernama HCA (amina heterosiklik). Senyawa ini diketahui dapat memicu pertumbuhan sel kanker.
Paparan HCA yang terlalu sering, khususnya dari daging merah, dikaitkan dengan peningkatan risiko beberapa jenis kanker, salah satunya kanker kandung kemih. Oleh karena itu, cara memasak yang tepat sangat penting dalam menurunkan risiko tersebut.
4. Rentan Terkena Infeksi Yersinia
Daging babi yang kurang higienis bisa mengandung bakteri Yersinia enterocolitica, yang bisa menyebabkan infeksi dengan gejala seperti demam, nyeri perut, diare, dan radang sendi.
Infeksi ini bisa menyerang sistem pencernaan dan bahkan berdampak jangka panjang pada kesehatan sendi. Oleh karena itu, mencuci tangan, peralatan masak, serta memasak daging hingga matang sempurna adalah langkah pencegahan yang tidak boleh diabaikan.
5. Hepatitis E Mengintai
Virus hepatitis E bisa menyebar lewat daging babi yang terkontaminasi dan belum matang. Infeksi ini bisa memicu gangguan serius pada organ hati, terutama bagi ibu hamil dan orang dengan imunitas rendah.
Gejala umumnya meliputi mual, kelelahan, kulit menguning, hingga gangguan fungsi hati. Untuk menghindarinya, pastikan setiap bagian daging matang merata, termasuk bagian dalamnya yang sering masih mentah jika dimasak terburu-buru.
6. Potensi Gangguan Hati
Kandungan lemak jenuh dan kolesterol tinggi dalam daging babi bisa berdampak buruk bagi hati, terutama jika dikonsumsi rutin dalam jumlah besar. Ini bisa memicu penumpukan lemak di hati dan peradangan.
Lama-kelamaan, kondisi ini bisa berkembang menjadi fatty liver atau bahkan sirosis jika tidak ditangani. Mengatur pola makan dan memilih asupan protein yang lebih seimbang bisa membantu mencegah risiko tersebut.
7. Dihubungkan dengan Risiko Multiple Sclerosis
Beberapa penelitian menyebutkan adanya kemungkinan hubungan antara konsumsi daging babi dan meningkatnya risiko penyakit autoimun seperti multiple sclerosis. Salah satu penyebabnya diduga adalah keberadaan protein abnormal yang mengganggu sistem saraf.
Multiple sclerosis bisa menyebabkan gangguan keseimbangan, kesulitan berjalan, hingga masalah kognitif. Meski kaitannya masih dipelajari lebih lanjut, lebih baik mengonsumsi daging secara bijak dan tidak berlebihan. (Andin Lyra/balipost)