Perhimpunan Bank Perekonomian Indonesia (Perbarindo) Bali melaksanakan rapat kerja daerah (Rakerda) sekaligus seminar pada Jumat (16/5) yang berlangsung di Hotel Aston Denpasar. (BP/kmb)

DENPASAR, BALIPOST.com – Perhimpunan Bank Perekonomian Indonesia (Perbarindo) Bali melaksanakan rapat kerja daerah (Rakerda) sekaligus seminar pada Jumat (16/5) yang berlangsung di Hotel Aston Denpasar. Pada kegiatan yang mempertemukan direksi, dewan komisaris hingga pemegang saham dari BPR/BPRS se-Bali ini membahas tantangan sekaligus peluang BPR kedepan.

Turut hadir dalam kesempatan ini, Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekretaris Daerah (Setda) Provinsi Bali saat ini adalah Luh Ayu Aryani, Kepala OJK Kepala Regional 8 Bali Nusra Kristrianti Puji Rahayu, Ketua Umum DPP Perbarindo Teddy Alamsyah dan undangan lainnya.

Ketua DPD Perbarindo Bali I Ketut Komplit dalam sambutannya mengatakan, kegiatan ini menjadi ajang pertemuan untuk menyatukan visi, ide-ide serta mencari inspirasi kedepan dalam upaya menghadapi tantangan dan menemukan peluang. “Kita mengadakan seminar ini untuk membahas tantangan dan peluang dalam menghadapi ketidakpastian global saat ini,” katanya

Baca juga:  Hari BPR-BPRS, Perbarindo Bali Luncurkan Bank Perekonomian Rakyat

Dalam kegiatan yang juga diselipkan seminar dengan narasumber ekonom Kiryanto SE.MM ini diharapkan mampu memberikan gambaran apa yang akan terjadi kedepan sehingga direksi BPR/BPRS bisa merumuskan program kerja ke depan.

BPR/BPRS di Bali kata Ketut Komplit, mayoritas dimiliki orang lokal, demikian SDM juga orang lokal termasuk fungsi intermediasi juga berlangsung di Bali baik dalam menghimpun dan menyalurkan dana. Dengan demikian dia mengatakan industri BPR sangat menjunjung kearifan lokal.

Ketua Umum DPP Perbarindo Teddy Alamsyah mengatakan, tantangan yang dihadapi industri BPR secara nasional tidak saja pada ketidak pastian ekonomi global di tengah geopolitik dan geoekonomi yang tengah berlangsung. Disisi lain yang penting untuk diperhatikan ialah teknologi finansial (fintech). Fintech disini kata dia bukan hanya semata-mata pinjaman online (pinjol) melainkan secara lebih luas lagi yaitu penggunaan teknologi digital dalam industri BPR.

Baca juga:  Karateka Lemkari Sabet Dua Emas di Kejurprov FORKI

Dia menekankan kedepan nasabah BPR juga akan mengarah Gen Z yang begitu pasih dengan teknologi dan cenderung memanfaatkan teknologi dalam kehidupannya. Dia menyebutkan banyak teknologi yang dapat membantu BPR seperti proses kredit yang bisa menggunakan mesin learning untuk mengindentifikasi profil resiko. “Namun secara konsep itu penggunaan teknologi tidak bisa berjalan sendirian, melainkan harus bekerjasama dengan orang yang berpengalaman di industri BPR,” katanya.

Dia mendorong penggunaan teknologi digital dalam industri BPR menjadi keharusan untuk menghadapi tantangan kedepan. “Saya mengutip dari pernyataan Bil Gates, Bank itu tidak akan pernah mari, hanya model bisnisya dan cara bisnisnya yang berubah,” terangnya.

Baca juga:  Perbarindo Bali Dukung Wayan Koster Lanjutkan Kepemimpinan Periode Kedua

Sementara itu, Kepala OJK Kepala Regional 8 Bali Nusra Kristrianti Puji Rahayu mengatakan, dalam perjalan BPR tidak bisa hanya menyasar satu sektor, terutama dalam kredit. Jika selama ini banyak BPR yang cenderung menyasar property dan data property di Bali menunjukan oversuplay sehingga relaksasi permintaan AYDA (Anggunan Yang Diambil Alihkan). Dengan itu ia menyarankan agar menyasar zegmen baru, seperti pertanian.

“Ibarat menaruh telur, BPR tidak bisa hanya menaruh di satu keranjang. Sama konsen BPR juga berapa persen di sektor-sektor tertentu ditambah lagi liat NPLnya,” katanya.

Ekonomi Kerthi Bali kata dia nomor satu yaitu pertanian, sehingga BPR didorong untuk bisa memberikan kredit yang juga menunjang pertumbuhan ekonomi Bali secara lebih inklusif. Sehingga BPR itu temannya UMKM, jangan lepas dari itu. (Adv/balipost)

BAGIKAN