Suasana rumah duka korban meninggal di bilukpoh, Tegalcangkring, Minggu (28/1) pagi. Korban Ni Wayan Suriati meninggal tersambar petir Sabtu (27/1) sore. (BP/Olo)

NEGARA, BALIPOST.com – Musibah tersambar petir yang menimpa belasan pekerja panen semangka di Budeng, Jembrana masih meninggalkan trauma bagi korban dan keluarga. Para pekerja yang sebagian berusia senja ini tak menyangka, hujan deras turun dan petir menyambar hingga mengakibatkan satu rekan mereka meninggal dunia.

Terlebih pada keluarga, Ni Wayan Suriati (58) asal Bilukpoh, Kelurahan Tegalcangkring, korban meninggal dunia, menambah duka mendalam. Pasalnya enam bulan lalu, suami Suriati lebih dahulu meninggal dunia karena kecelakaan.

Salah seorang kerabat korban, I Ketut Sarya Widana (58) ditemui di rumah duka mengatakan korban meninggalkan dua anak, perempuan dan laki yang masih bujang. Sejak ditinggal meninggal suaminya enam bulan lalu, korban merupakan tulang punggung keluarga. “Keseharian korban memang hanya sebagai buruh petik panen semangka,” ujarnya.

Baca juga:  Empati Terhadap Anak Yatim Piatu, Ini Dilakukan Kapolsek Eka

Kedua anaknya, yang perempuan bekerja di Denpasar dan yang laki-laki juga ikut kerja buruh panen. Pihak keluarga rencananya akan melaksanakan pengabenan pada Selasa (30/1). Sejumlah kerabat, Minggu (28/1) pagi berdatangan dan mulai mempersiapkan sarana upacara pengabenan korban.

Suriati dalam kesehariannya ikut dalam kelompok (Sekaa) panen semangka dengan sistem borongan. Mereka biasanya diajak kerja oleh pembeli semangka untuk memanen dari petani. Sehingga lokasinya juga berpindah-pindah menurut lahan yang dipanen.

Peristiwa tersambar petir massal ini sejatinya sudah kedua kalinya terjadi di Jembrana. Pada April 2019 lalu, 10 pekerja panen padi mengalami tersambar petir di Subak Tembles, desa Penyaringan dengan dua orang meninggal dunia. Kejadiannya hampir mirip, dimana para pekerja ini berteduh di gubuk pematang sawah lantaran hujan saat panen padi.

Baca juga:  Apel Ziarah Awali Peringatan Hari Puputan ke-109

Sementar itu, pada Minggu (28/1) pagi sejumlah korban tragedi tersambar petir di Budeng, Jembrana, masih menjalani perawatan intensif lantaran mengalami luka berat. Dari 11 orang yang sempat dilarikan ke RSU Negara, delapan diantaranya sudah diperbolehkan pulang (rawat jalan). Sedangkan tiga orang lagi masih dalam perawatan. Kasat Reskrim Polres Jembrana, AKP Agus Riwayanto Diputra, Minggu (28/1) pagi mengatakan delapan korban sudah diperbolehkan pulang dengan luka ringan.

Sedangkan tiga korban masih dirawat di antaranya Ni Nyoman Ratni (60), I Ketut Wiasa (60) dan Ni Komang Ayu Sri Suparmi (39) masih menjalani perawatan karena luka berat. Petugas dari Inafis Polres Jembrana juga telah melakukan penyelidikan ke TKP, gubuk tempat 12 pekerja panen semangka ini tersengat petir pada Sabtu (27/1) sore. Akibat tragedi tersebut, satu pekerja Ni Wayan Suriati asal Bilukpoh, Tegalcangkring meninggal dunia. Belasan orang asal Kecamatan Mendoyo ini turun ke lokasi pada Sabtu siang untuk memanen semangka. Namun karena hujan, mereka berteduh di gubuk kecil di sekitar pematang sawah. Saat hujan deras, nahas petir menyambar gubuk tempat mereka berteduh itu.

Baca juga:  Belasan Ribu Anak di Indonesia Kehilangan Ortu karena COVID-19  

Kabid Pelayanan Medik RSU Negara Gusti Ngurah Putu Adnyana mengatakan tiga pasien yang dikategorikan luka berat masih menjalani perawatan. Satu diantaranya akan dirujuk ke rumah sakit Tabanan setelah kondisinya kritis. Ni Nyoman Ratni (60) diketahui ada luka robek di belakang kepala. (Surya dharma/Balipost)

 

BAGIKAN