Luh Putu Sukmayanti. (BP/Istimewa)

Oleh Luh Putu Sukmayanti

Cuaca panas yang berlangsung sejak beberapa bulan terakhir mengakibatkan banyak warga mengalami daya tahan tubuh yang lemah, salah satu penyakit yang dideritanya yaitu Infeksi Saluran Pernapasan Akut atau disebut juga ISPA merupakan penyakit yang menyerang sistem pernapasan mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuknjaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura yang disebabkan oleh virus atau bakteri.

Kemenkes RI mengatakan bahwa dampak polusi udara yang terjadi di Indonesia meningkat terkait jumlah kasus ISPA. Dari tahun 2021-2023, ISPA terus meningkat dan sudah menembus 200.000 kasus. Berdasarkan data
Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, ada 638.291 kasus inspeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di Ibu Kota periode Januari hingga Juni 2023.

Sedangkan di Bali khususnya di Kabupaten Karangasem, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem jumlah kasus ISPA meningkat pada Januari-April 2023 menjadi 12.357 kasus. Jumlah tersebut naik 25% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yaitu 9.841 kasus.

Baca juga:  Sejumlah Wilayah di Bali Masih Alami Kekeringan

Peningkatan kasus ISPA dipengaruhi oleh lingkungan yang kurang bersih dan factor cuaca yang berubah-ubah. Perubahan udara dari panas ke dingin seringkali memperlemah daya tahan tubuh, sehingga menjadi lebih rentan terhadap penyakit ini. Kasus ISPA ini dapat
dialami oleh seluruh usia mulai dari balita hingga orang dewasa.

Secara garis besar, pemicu virus ISPA adalah virus rhinovirus (virus yang dapat menyebabkan flu), pneumokokus (virus yang menyebabkan pneumonia dan meningitis), dan adenovirus (virus yang dapat menyebabkan bronkitis, pneumonia dan flu). Sedangkan bakteri yang dapat menyebabkan ISPA yaitu streptococcus, haemophilus, staphylococcus aureus, klebsiella pneumoniae, mycoplasma pneumoniae, dan chlamydia.

Penyakit ini sering muncul pada musim pancaroba akibat sirkulasi virus di udara yang meningkat. Selain itu juga, perubahan udara dari panas ke dingin seringkali memperlemah daya tahan tubuh. Yang mengakibatkan masyarakat akan rentan mengalami penyakit ini. ISPA dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan
khusus, akan tetapi bukan berarti ISPA dapat
diabaikan begitu saja.

Baca juga:  Meritokrasi dan Kelangkaan Pengawas Sekolah

Selain virus terdapat faktor lain yang mempengaruhi terjadinya penyakit ISPA yaitu faktor lingkungan dan perilaku masyarakat. Faktor lingkungan juga dapat disebabkan dari pencemaran udara dalam rumah contoh asap rokok, asap dari dapur karena memasak
dengan kayu bakar, kebiasaan menggunakan obat nyamuk di dalam rumah, serta kebiasaan membakar sampah yang sembarangan.

ISPA dapat menimbulkan berbagai gejala sehingga cara yang pasti untuk mendiagnosisnya adalah dengan memeriksakan diri ke dokter. Namun, penyakit ini biasanya menimbulkan berbagai gejala seperti demam, batuk, nyeri tenggorokan atau nyeri menelan timbul gejala sinusitis (hidung beringus, demam dan wajah
terasa nyeri), pilek, nyeri kepala dan kesulitan untuk napas.

Promosi kesehatan yang dapat dilakukan yaitu dengan edukasi melalui video yang menampilkan tentang upaya untuk mencegah ISPA seperti cuci tangan secara teratur, terutama setelah beraktivitas di tempat umum.
Hindari menyentuh wajah, terutama bagian mulut, hidung, dan mata. Gunakan sapu tangan atau tisu untuk menutup mulut ketika bersin atau batuk, agar penyakit tidak menyebar ke orang lain.

Baca juga:  Kepekaan Perjuangkan Aspirasi Bali

Selain itu, anda juga dapat mengonsumsi makanan yang kaya vitamin, terutama vitamin C, untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Bersihkan rumah dan lingkungan sekitar secara rutin. Jika anda merokok, hentikan kebiasaan merokok. Dan berolahraga secara teratur untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

Bebarapa penanganan yang dapat dilakukan secara mandiri di rumah untuk meredakan gejala, antara lain memperbanyak istirahat, mengonsumsi air putih dan air hangat guna untuk mengencerkan dahak agar lebih mudah untuk dikeluarkan. Mengonsumsi minuman lemon hangat atau madu, untuk meredakan batuk.

Berkumur dengan air hangat yang diberi garam jika sakit
tenggorokan. Selain itu menghirup uap dari semangkuk air panas yang telah dicampur dengan minyak kayu putih atau mentol, untuk meredakan hidung tersumbat. Memposisikan kepala lebih tinggi ketika tidur dengan menggunakan bantal juga bisa melancarkan sistem pernapasan.

Penulis, Mahasiswa Magister Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga

BAGIKAN