Bupati Karangasem, Gede Dana. (BP/Dokumen)

BANGLI, BALIPOST.com – Penjabat (Pj.) Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya, didampingi Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bali, Dewa Made Indra, saat melakukan pertemuan dengan Kepala OPD di lingkungan Provinsi Bali di Ruang Rapat Praja Sabha Kantor Gubernur Bali, Senin (11/9) untuk bekerja keras menangani kemiskinan dan menurunkan angka stunting di Bali. Bali yang angka stunting-nya lebih kecil dari nasional, yaitu 8,0 % hendaknya tidak membuat Pemprov Bali jumawa.

Melainkan harus bekerja keras lagi bagaimana menurunkan angka ini dan mencegah agar tidak ada stunting lagi di Bali. Pemkab Bangli merancang program bapak asuh anak stunting.

Hal itu sebagai upaya untuk menekan angka stunting. Berdasarkan data hasil survei status gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, stunting di Kabupaten Bangli berada di angka 9,1 persen. Turun dari tahun sebelumnya yang berada di angka 11 persen.

Sekretaris II Tim Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Bangli, I Dewa Agung Putu Purnama, mengatakan penurunan stunting di Bangli tidak terlepas dari upaya yang selama ini dilakukan tim secara konvergensi. Di antaranya dengan memberikan pendampingan terhadap keluarga yang anaknya mengalami stunting.

Selain Bangli, Pemerintah Kabupaten Karangasem terus berupaya untuk menurunkan angka stunting di bumi lahar. Bahkan untuk saat ini angka stunting di Karangasem hanya sekitar 9,6 persen. Hal itu diungkapkan oleh Bupati Karangasem, I Gede Dana.

Baca juga:  Vaksinasi Massal di Kecamatan Tabanan Libatkan Masyarakat

“Pada tahun 2021, angka stunting di Karangasem sebanyak 22 persen. Angka tersebut bisa diturunkan menjadi 14 persen di tahun 2022. Dan saat ini angka stunting di Karangasem sekitar 9,6 persen,” ucapnya.

Gede Dana, mengatakan, pihaknya akan terus berupaya untuk menurunkannya hingga keberadaan stunting di Karangasem bisa dituntaskan. “Kita akan terus berupaya agar stunting terus menurun setiap tahunnya Lewa program-program yang telah dirancang,” katanya.

Sementara itu, Kadis Kesehatan Karangasem I Gusti Putra Pertama mengatakan, faktor balita mengalami stunting adalah kekurangan gizi, cacingan dan faktor penyakit yang lainnya. Untuk itu, khusus bagi ibu hamil harus memperhatikan pola akan yang baik agar mendapatkan asupan gizi yang mencukupi. Terutama 1.000 hari kehidupan. “Maka dari itu, ibu hamil wajib mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah agar bayi di dalam kandungan tumbuh sempurna,” pesannya.

Prevalensi stunting Provinsi Bali terendah secara nasional, yaitu 8 %. Namun, pada tahun 2023 ini, prevalensi stunting di Bali ditargetkan turun menjadi 7,71%. Sedangkan, berdasarkan dokumen RPD Bali 2024-2026, target prevalensi stunting pada tahun 2024 adalah 6,15%.

Untuk mencapai target tersebut, Pj. Gubernur Bali, Sang Made Mehendra Jaya telah merancang beberapa strategi. Yaitu, meningkatkan pelaksanaan kegiatan yang berdampak langsung terhadap penurunan stunting melalui kegiatan pemberian makanan tambahan (PMT) bagi ibu hamil dan balita, gerakan keluarga sehat, dan penguatan ketahanan pangan keluarga. Sistem “Ngerombo” /keroyok penurunan prevalensi stunting dengan melibatkan filantropis, orang tua asuh, dan stakeholder lainnya juga akan dilakukannya.

Baca juga:  Cegah Stunting, Desa Batur Utara Bagikan Ikan ke Warga

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, I Nyoman Gede Anom, mengatakan mengacu data SSGI tahun 2022, Bali menyisakan prevalensi stunting sebesar 8 %. Itu artinya dalam setahun tahun terakhir, Bali berhasil menurunkan angka stunting 2,8 %. Karena pada tahun 2021, angka stunting Bali tercatat 24,4 %, menjadi 21,6 % pada tahun 2022.

Kendati penurunannya cukup besar, namun sejumlah kabupaten masih menyisakan angka prevalensi stunting di atas 8 persen. Kabupaten tersebut, yaitu Jembrana 14,2 %, Buleleng 11,0 %, Karangasem 9,2 %, Bangli 9,1 %, dan Tabanan 8,2 %. Diungkapkan, pencegahan stunting bisa dimulai dengan memperhatikan kesehatan reproduksi kelompok remaja putri, karena mereka nantinya akan menjadi calon ibu.

Oleh karena itu, orang tua harus memberi perhatian pada putri mereka, baik pola makan maupun kebiasaan sehari-hari. Berikutnya, pencegahan stunting bisa dilakukan melalui program screening terhadap calon pengantin. Tahap krusial selanjutnya adalah pada masa kehamilan. Dimana seorang ibu harus mendapat asupan gizi seimbang untuk menjaga kesehatan calon buah hati mereka. Setelah buah hati lahir, orang tua mesti memperhatikan tumbuh kembang anak mereka. Khususnya pada 1000 hari pertama masa kelahiran. Selain asupan gizi, orang tua harus rajin membawa anak mereka ke Posyandu.

Baca juga:  Dies Natalis UT Denpasar ke-34 Digelar di Jembrana

Gede Anom, mengatakan berbagai upaya telah dilakukan Pemerintah Provinsi Bali dalam upaya percepatan penurunan stunting di Bali. Yaitu, melakukan pengadaan antropometri KIT dari pusat dan dana DAK stunting, mendistribusikan USG ke Puskesmas, menyediakan alokasi dana DAK non fisik PMT LOKAS di puskesmas, mengadakan kegiatan aksi bergizi di sekolah, dan mengadakan kelas ibu hamis sehat, dan kegiatan lainnya yang melibatkan pemerintah kabupaten/kota se-Bali.

Selain itu, upaya secara kearifan lokal desa adat di Bali juga dilakukan dalam upaya mendorong percepatan penurunan stunting di Bali. Di Bali, siklus kehidupan melalui tradisi budaya dengan upacara agama diyakini bisa mencegah bayi stunting. Seperti, melalui upacara magedong-gedongan, kepus pungsed (lepas tali pusar), upacara a bulan pitung dina / tutug kambuhan (42 hari), Nelubulanin (upacara 3 bulan), upacara otonan (6 bulan), dan upacara 3 otonan (telung otonan). (kmb/balipost)

BAGIKAN