Gusti Kompyang Pujawan. (BP/dokumen)

Oleh I G.K. Pujawan

Berita yang saya baca di Bali Post yang terbit berturut-turut sangat menarik perhatian saya. Terbitan pertama tanggal 4 Agustus menyatakan pelaku pariwisata Bali mulai agak sombong. Ini statement Bapak Gubernur Bali.

Kemudian terbitan besoknya tanggal 5 bukan 8), dari pelaku pariwisata Bali mengatakan tidak ada niatan untuk sombong. Saya menjadi bertanya-tanya, di mana letak salah pengertian tersebut.

Insting naluriah saya berkata tentu Bapak Gubernur yang benar. Yang dimaksud oleh Bapak Gubernur Koster, tentu oknum pelaku pariwisata Bali.

Yang menyebabkan saya jadi galau, adalah pelaku pariwisata Bali mulai agak sombong. Dalam benak saya, sombong itu berbahaya, kalau benar-benar ada yang begitu. Kalau ada oknum pelaku pariwisata Bali yang mulai agak sombong dengan menyalahkan pemerintah, yang nantinya mungkin kebablasan sombong terhadap tamu, maka tamatlah riwayat pariwisata budaya Bali ini. Kita selalu mengumandangkan pariwisata budaya untuk Bali ini.

Baca juga:  Mengubah Paradigma Mengajar

Menurut hemat saya Bali ini menjadi terkenal karena adat, tari-tarian, perilaku yang percaya dengan karma phala dan seterusnya. Malah tamu-tamu yang saya antar di Bali mengatakan budaya dan agama Bali itu satu. Ditambah lagi dikatakan agama Hindu di Bali adalah agama yang dipraktikan dalam kehidupan. Di dalam budaya orang Bali, orang-orang yang bijak mengatakan bahwa kesombongan adalah kegagalan yang pertama, maka ajakan Bapak Gubernur Bali Wayan Koster sangatlah bijaksana.

Baca juga:  Upaya Menekan Kemiskinan Ekstrem

Pemerintah dan pelaku pariwisata Bali harus bersama-sama memajukan pariwisata budaya di Bali ini. Dalam pepatah Tiongkok kuno di katakan “tumu puceng lin” Yang artinya satu pohon tidak bisa membuat hutan dan kalau kita membaca media masa, kita sangat mahfum bahwa kegiatan pariwisata Bali ini, di segala lini, secara umum, senantiasa berbenah diri, yang patut diacungkan jempol.

Marilah kita syukuri keadaan pariwisata Bali yang selalu maju, apalagi kalau mendapat penanganan yang benar oleh semua pihak. Dan kPelaku rama Bali harus sadar, ada pihak-pihak yang tidak senang terhadap kemajuan pariwisata Bali di luar sana. Terakhir sebagai krama Bali yang biasa, saya mohon kepada krama Bali semua janganlah sombong.

Baca juga:  Penerapan K3 Menjadi Keniscayaan

Penulis, Pemerhati dan Pelaku pariwisata

BAGIKAN