Chef de partie Jumeira Hotel Bali I Wayan Ario Setiawan (kiri) menerima penghargaan Sustainable Food Festival yang diselenggarakan Bali Hotel Association (BHA). (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pepes telengis, makanan tradisional masyarakat Bali, menjadi juara I pada ajang Sustainable Food Festival yang diselenggarakan Bali Hotel Association (BHA). Makanan berbahan lokal tersebut ternyata bisa diterima di hotel internasional.

Chef de partie Jumeira Hotel Bali I Wayan Ario Setiawan, Rabu (28/6), usai menerima penghargaan menuturkan, telengis dari Klungkung sudah sangat jarang ditemukan. Ia berupaya membangkitkan kembali agar bisa dikenal dunia hotel dan internasional.

Ia mengombinasikan telengis dengan pepes agar menjadi satu kesatuan dengan bahan ikan gabus, yang menjadi keunikan telengis Bali. Selain ikan gabus, bahan lainnya adalah telengis (ampas kelapa, hasil pengolahan kelapa menjadi minyak), dan minyak tambusan. Bahan-bahan tersebut juga dikombinasikan dengan pakis dan daun kelor.

Baca juga:  Ditanya Kapan Siswa Mulai Belajar Konvensional, Ini Jawaban Gubernur Koster

Mengingat makanan ini merupakan makanan tradisional Bali, Ari pun mengaku harus pintar mengolah dan memadupadankan rasa agar dapat diterima lidah orang asing. “Kita harus bisa memadupadankan dengan perasa dari orang luar, untuk kekuatan rasa, keseimbangan rasa, supaya mereka bisa menikmati dan mereka juga bisa tahu bahwa Bali itu makanannya sangat enak dan nyaman untuk dimakan,” ungkap pria yang telah 7 tahun bekerja di dapur hotel ini.

Ikan gabus yang berasal dari nelayan di Pasar Ikan Kedonganan, memang jarang digunakan. Namun hal itu justru menjadi keunikan masakannya.

Baca juga:  Ketersediaan Babi Aman Jelang Galungan

Ide kreasi tersebut, rencananya akan diekspos di hotel tempatnya bekerja. “Kalau ini sudah diterima khalayak, baru akan dihadirkan di Jumeira Bali,” imbuhnya.

Menurutnya, makanan otentik Bali bisa diterima oleh orang asing dengan taste yang berbeda-beda. Apalagi makanan Bali saat ini mengusung konsep sustainable food, yang memang sedang menjadi issue yang sedang diupayakan saat ini. “Makanan otentik Bali sangat bisa  diterima bule dan saya sudah membuktikan, beberapa kali saya masak di hotel mereka bilang enak, dan banyak menggunakan rempah,” ungkapnya.

Baca juga:  Selama KTT G20, SE Atur Menaikan Layangan Dikeluarkan

Ketua BHA Bali Fransiska Handoko mengatakan, hotel-hotel saat ini sedang fokus pada sustainability, tidak hanya tentang lingkungan tapi juga jalan menuju aspek lain. “Apa yang dilakukan sekarang, meninggalkan jejak bagi anak cucu, lingkungan, good planet, good people dan prosperity, economic side, dan partnership,” ujarnya.

Partnership tersebut tercermin dari kerjasama yang dilakukan BHA dengan produsen dan petani lokal dalam hal penggunaan produk lokal. “Dan bagaimana kita bisa meng-connect members kita di BHA yang jumlahnya 159 hotel,” ujarnya.

Dengan ketersediaan 25.000 kamar anggota BHA, ia fokus pada “The Best of Bali, Zero Waste and Locally Sourced”. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN