Dr. Drs. Anak Agung Gede Oka Wisnumurti, M.Si. (BP/Win)

DENPASAR, BALIPOST.com – Gubernur Bali, Wayan Koster telah berkomitmen secara tegas menindak setiap perilaku wisatawan mancanegara (wisman) di Bali yang melakukan tindakan tidak pantas dan aktivitas yang tidak sesuai dengan izin visanya selama tinggal di Bali. Bahkan, Gubernur Koster melarang masyarakat Bali memfasilitasi wisman melakukan aktivitas tidak sesuai dengan izin visa atau ketentuan perundang-undangan.

Masyarakat juga diminta untuk ikut berpartisipasi dan berkewajiban melaporkan perilaku wisman yang tidak pantas dan melakukan aktivitas yang tidak sesuai dengan izin visa kepada kepolisian setempat, Imigrasi, Satpol PP, pecalang, dan dinas pariwisata. Pelaku usaha jasa pariwisata, dan seluruh komponen masyarakat Bali agar secara bersama-sama dan bersungguh-sungguh menjaga nama baik dan citra pariwisata Bali dalam rangka mewujudkan pariwisata berbasis budaya, berkualitas, dan bermartabat.

Komitmen tegas Gubernur Koster ini mendapat apresiasi dan dukungan dari berbagai pihak.

Akademisi Universitas Warmadewa (Unwar), Dr. Drs. Anak Agung Gede Oka Wisnumurti, M.Si., mendukung komitmen tegas Gubernur Koster terhadap wisman yang melakukan pelanggaran di Bali. Dikatakan, semakin maraknya ulah wisman di Bali diakibatkan aturan lokal di Bali masih lemah.

Fi samping juga masyarakat Bali selama ini masih terlena dengan pariwisata Bali beserta wisatawannya karena dinilai bisa memberikan segalanya. Sehingga, masyarakat Bali larut dan seolah-olah mengikuti aturan dari wisman.

Padahal, menurutnya seharusnya para wisatawanlah yang seharusnya mengikuti aturan yang ada di Bali. “Katakan saja di luar negeri seperti Jepang contohnya, kita dituntut harus membawa kantong sampah sendiri sehingga di sana sangat bersih dan tidak ada sampah berserakan. Begitu juga seperti di Singapura yang tidak ada membawa atau menggunakan sepeda motor dalam berplesiran,” ujar Wisnumurti.

Baca juga:  Pasraman Pinandita Brahma Vidya Samgraha Doakan Gubernur Koster Lanjutkan Kepemimpinan

Ketua Yayasan Kesejahteraan Korpri Provinsi Bali ini meyakini para wisatawan yang datang ke Bali seharusnya memiliki budaya tertib karena mereka ke sini memang untuk menikmati keindahan alam dan keamanan yang disuguhkan Pulau Dewata. “Artinya apa? Menurut saya di sinilah kita yang mengatur dan wisatawan harus siap diatur ketika berpelesiran di Bali. Sehingga kata-kata di mana langit dijunjung disana bumi dipijak sebenarnya juga berlaku untuk wisatawan,” tandas Wisnumurti.

Namun yang terjadi saat ini bertolak belakang. Para wisatawan malah berlaku atau berperilaku destruktif jika terus dibiarkan. Apalagi, aturan di desa adat memiliki kekuatan penuh terhadap penegakan aturan atau awig-awig yang ada di desa adat setempat dalam menjaga kenyamanan dan keamanan wisatawan dan masyarakat lokal. “Bahkan jika membandingkan dengan negara lain di beberapa negara ketika ada warga negara lain yang ingin memasuki negara tersebut diwajibkan mengetahui aturan yang berlaku saat mereka akan mendarat di negara tersebut. Maka hal inilah yang harus ditegakkan terhadap aturan yang ada. Jadi wisatawan itu harus tunduk terhadap aturan yang kita buat. Dan saya sependapat dan mendukung tindakan tegas Gubernur Bali, Bapak Wayan Koster yang menindak tegas setiap wisatawan yang tidak taat terhafapa aturan dan budaya kita di Bali,” tegasnya.

Baca juga:  Menteri Perdagangan ke Pasar Badung

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Tjok Bagus Pemayun mengatakan bisnis pariwisata adalah bisnis image atau citra. Ketika citra jatuh, maka habislah pariwisata itu. Maka dari itu, semua masyarakat diharapkan memahami hal itu. Kalau ingin pariwisata ini terus berlanjut, semua pihak harus bisa menjaga citra positif pariwisata Bali, baik di nasional maupun internasional. Menjaga citra positif, tidak boleh hanya dengan mempromosikan hal-hal baik, atau dengan membuat slogan-slogan untuk menarik orang datang. Akan tetapi harus dilakukan dengan membuat fakta yang positif pula. Promosi harus dilakukan dengan menjual fakta, bukan angan-angan, atau cerita yang dibuat-buat. Maka dari itu, seluruh masyarakat Bali harus memiliki komitmen bersama, menjaga nama baik Bali baik dimata nasional maupun Inernasional.

Menyikapi kelakuan wisman yang berulah di Bali, menurut Tjok Bagus Oemayun sebaiknya dilakukan dengan cara-cara elegan dan bijak. Sebisa mungkin kita menghindari untuk mengunggah ke media sosial, karena itu akan berdampak buruk bagi Bali itu sendiri. Namun, apabila menemukan wisatawan berulah, segera laporkan ke pihak berwajib agar bisa segera ditindaklanjuti. Apalagi, aaat ini sudah ada Satgas Percepatan Tata Kelola Pariwisata, yang anggotanya terdiri dari Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Kepolisian, Satpol PP, Imigrasi, Kejaksaan dan Asossiasi Pariwisata. Maka masyarakat bisa melapor ke salah satunya. Semua laporan akan segera ditindaklanjuti. “Berhati-hati juga dalam bermedia sosial, ingat selalu konsep “saring sebelum sharing”.

Istilah ‘tidak viral, tidak ditindalanjuti’ untuk ulah nakal wisatawan asing, ini tidak berlaku bagi Bali yang mengusung tagline pariwisata budaya. Karena itu bukan salah satu cara untuk memecahkan masalah. Malah tambah ruwet. Ingat ada Undang-Undang ITE yang membatasi unggahan yang kita lakukan. Salah sedikit, dan ada yang tidak terima, itu akan berpotensi terseret ke meja hijau,” ujar Tjok Pemayun.

Baca juga:  Kementerian BUMN Siapkan Holding Pariwisata

Dari sekian kasus wisman yang terjadi di Bali, Tjok Pemayun menegaskan bahwa hampir semua sudah ditangani oleh pihak berwenang sesuai dengan kasus yang dilakukan. Dari bulan Januari 2023 sampai saat ini, sudah ada 129 warga negara asing yang sudah disanksi deportasi oleh pihak imigrasi Bali yang berasal dari 37 negara. Untuk itu, Tjok Pemayun meminta kepada masyarakat Bali bagi siapapun yang menemukan kejadian ulah nakal wisman agar segera untuk dilaporkan.

“Kalau bukan kita masyarakat Bali yang menjaga citra positif pariwisata Bali, lalu siapa lagi? Ingat juga, daerah lain hingga negara lain juga terus berbenah untuk menarik wisatawan agar datang dan berlibur. Banyak tempat yang lebih indah dibandingkan dengan Bali. Hanya saja kita lebih unggul dari sisi adat, tradisi, seni budaya, kearifan lokal, hingga keramah-tamahan masyarakatnya. Inilah yang harus kita jaga, dengan cara bijak bermedia sosial. Apalagi sebagai barometer pariwisata, sedikit saja ada gejolak, maka mata dan telinga dunia bakal tertuju pada Bali. Jadi, menjaga citra positif pariwisata Bali adalah hal mutlak yang harus dilakukan semua pihak,” tegasnya. (Winata/Balipost)

 

BAGIKAN