Prof. Dr. drh. I Made Damriyasa, MS. (BP/Ist)

DENPASAR, BALIPOST.com – Gubernur Bali, Wayan Koster bersama Wakil Gubernur Bali, Tjok Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace) dalam tahun kelima kepemimpinannya telah menghasilkan 44 Tonggak Peradaban Penanda Bali Era Baru. Ini merupakan hasil kerja nyata Gubernur Koster yang bersinergi dengan berbagai pihak dalam mengimplementasikan visi “Nangun Sat Kerthi Loka Bali”.

Tidak hanya pemerintah, namun juga berkat dukungan masyarakat. Salah satunya yaitu, Gubernur Koster secara genial memberdayakan kesehatan tradisional (usadha) Bali melalui Peraturan Gubernur (Pergub) Bali Nomor 55 Tahun 2019 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional Bali dan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 6 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Kesehatan. Pelayanan Usadha Bali yang dikembangkan Gubernur Koster ini sebagai bentuk penguatan kearifan lokal Bali sekaligus untuk mendukung Ekonomi Kerthi Bali.

Rektor Unhi Denpasar, Prof. Dr. drh. I Made Damriyasa, MS., mengatakan terdapat tiga aspek utama dari 44 Tonggak Peradaban Penanda Bali Era Baru. Yaitu, manusia, alam dan budaya Bali. Prof. Damriyasa menjelaskan bagaimana hasil nyata Gubernur Koster beserta jajarannya menata Bali baik secara fundamental dan komprehensif berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal Sat Kerthi. Untuk itu, diperlukan kesabaran seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama membangun kembali Taksu Bali. “Hal-hal lama yang mungkin hilang atau berubah tergerus baik oleh kemajuan zaman maupun regulasi yang kurang mendukung kita tata kembali, bangkitkan dan perkuat peradabannya,” tandas Prof. Damriyasa saat

Baca juga:  Kaur Keuangan Mengwitani Divonis 2,5 Tahun Penjara

Mendampingi Ketua TP PKK Provinsi Bali, Ny. Putri Suastini Koster menjadi narasumber dalam dialog interaktif BAHTERA (Bahagia dan Sejahtera) TVRI Bali tentang 44 Tonggak Peradaban Penanda Bali Era Baru dengan mengusung tema “Pelayanan Kesehatan Tradisional Bali”, Rabu (8/2).

Koordinator Kelompok Ahli Bidang Pembangunan Pemerintah Provinsi Bali ini, mengatakan bahwa Unhi Denpasar sebagai perguruan tinggi berbasis Agama Hindu telah mengembangkan potensi warisan leluhur kebanggaan krama Bali, yaitu pengobatan tradisional Bali tersebut. Bahkan, Unhi Denpasar telah memiliki program studi Ayurweda atau pengobatan tradisional yang dikembangkan di Fakultas Kesehatan.

Tidak hanya itu, Unhi Denpasar juga telah memiliki Klinik Griya Sehat Ayurweda yang memadukan sistem pengobatan Ayurweda dan Usadha Bali yang mendapat dukungan penuh dari ICCS India. Selain sebagai Griya Sehat, klinik ini juga berfungsi sebagai tempat pendidikan bagi mahasiswa kesehatan tradisional pada Prodi Ayurweda. Prodi Kesehatan Tradisional ini satu-satunya di Indonesia yang dilengkapi dengan fasilitas yang hampir sama dengan rumah sakit pendidikan

Prof. Damriyasa, menegaskan bahwa ke depan Unhi Denpasar akan menjadi pusat pengembangan pengobatan tradisional berbasis kearifan lokal Bali. Oleh karena itu, Prodi Kesehatan yang dimiliki akan dikembangkan. Terutama terkait dengan pengembangan program profesi pengobatan tradisional yang merupakan satu-satunya di Indonesia. Apalagi, potensi pengembangan kesehatan tradisional di Indonesia cukup tinggi, khususnya di Bali. Karena didukung dengan regulasi melalui Peraturan Gubernur (Pergub) Bali Nomor 55 Tahun 2019 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional Bali. Selain itu, Bali juga didukung dengan referensi terkait dengan pengobatan tradisional Bali ini, seperti lontar dan referensi lainnya.

Baca juga:  24 LPD Di Karangasem Tak Beroperasi

Disisi lain, Prof. Dr. rer. Nat. I Made Agus Gelgel Wirasuta, M.Si.,Apt., selaku Kelompok Ahli Bidang Pendidikan, Kesehatan, Jaminan Sosial dan Tenaga Kerja menyampaikan bahwa pelayanan kesehatan tradisional Bali harus diangkat karena merupakan potensi besar untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Bali. Apalagi, Bali memiliki potensi yang sangat besar dalam bidang pelayanan kesehatan tradisional karena selain telah diwarisi pengetahuan usadha dalam lontar-lontar, namun juga telah didukung dengan tenaga-tenaga pengusada profesional terdidik dari Unhi Denpasar dan UHN I Gusti Bagus Sugriwa. Disamping itu, juga telah terdapat ikatan Gotra Pangusada yang merupakan ikatan Pengusada/Pengobat Tradisional Bali yang telah diakui secara nasional. “Kita ini sebenarnya sangat beruntung karena kita diwarisi oleh leluhur mengenai usada-usada tradisional Bali,” ungkap Prof. Gelgel.

Dikatakan, pengembangan pelayanan pengobatan trdisional Bali telah mampu membawa pengobatan usadha menjadi pengobatan yang rasional dan ilmiah. Sehingga pada akhirnya dapat memantik kekuatan pertumbuhan ekonomi krama Bali. Harapan visi pembangunan Pemprov Bali 2018-2023 adalah menempatkan usada complementary alternative medicine akan tumbuh menjadi model mengobatan alternative yang diterima oleh masyarakat dunia dalam usaha meningkatkan ketahanan kesehatan global.

Baca juga:  Dua Perenang Perairan Terbuka Masih Berlatih di Kolam

Lebih lanjut dikatakan, rencana pembangunan pusat riset obat herbal Bali sebagai satu bukti kesungguhan Gubernur Koster menempatkan industri obat herbal dan kosmetik Bali menjadi salah satu pondasi perekonomian Bali ke depan. Dukungan pemerintah pusat sangat diperlukan dalam memenuhi kelengkapan pusat riset ini. Pengembangan industri hilir seperti yang telah dibangun oleh Pemprov (3 Pusat Pengelolaan Pasca Panen Tanaman Obat/P4TO) memerlukan pengembangan dan dukungan regulasi agar menjadi motor penginduksi industri obat herbal dan Komsetik Bali. Apalagi, Pengobatan Tradisional Bali telah mendapatkan tempat di mata wisatawan asing. Sehingga, kebutuhan akan kebutuhan obat herbal di dunia akan semakin meningkat. Sehingga, ini menjadi peluang Bali dalam menggali sumber pendapatan krama Bali, sehingga tidak bertumpu hanya pada pendapatan pariwisata.

Apalagi, kebijakan Gubernur Koster dalam pengembangan pengobatan tradisional Bali bekerjasama dengan Prodi Ayurwedha Fakultas Kesehatann Unhi Denpasar dan Prodi Yoga UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar bersama-sama mendidik anak-anak muda Bali menjadi tenaga kesehatan tradisional yang siap bekerja di Puskesmas-Kestrad, Rumah Sakit Komplementer dan Interasi. Pendidikan kesehatan tradisional mengacu pada kearifan lokal pengobatan usada. (Kmb/Balipost)

BAGIKAN