Para petani saat menyemprotkan pestisida untuk mengatasi hama. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pertanian sempat naik daun saat Pandemi Covid-19. Namun, kini pertanian menunjukkan kinerja yang masih lemah, terlihat dari indeks nilai tukar petani (NTP). Nilai Tukar Petani (NTP) Perkembangan indeks Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali tercatat 97,05 pada bulan Desember 2022. Indeks ini tidak sekuat indeks NTP nasional yang tercatat di atas angka 100.

Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, Hanif Yahya, mengatakan, NTP sebesar 97,05 mengalami kenaikan 0,48 persen dibandingkan kondisi bulan sebelumnya yang tercatat 96,59. Kenaikan ini dipengaruhi oleh kenaikan indeks yang diterima petani (It) sebesar 1,34 persen yang lebih besar dibandingkan kenaikan pada indeks yang dibayar petani (Ib) yang tercatat sebesar 0,86 persen. It tercatat naik dari 109,62 menjadi 111,09 pada bulan Desember 2022 dan Ib juga tercatat naik dari 113,50 menjadi 114,47.

Indeks NTP Provinsi Bali ini masih berada dibawah angka 100. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam tingkatan tertentu nilai tukar produk yang dihasilkan petani belum mampu untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga petani, yang terdiri atas dua hal pokok, yaitu konsumsi rumah tangga dan biaya produksi pertanian.

Baca juga:  Terlibat Penyelundupan Ribuan Butir Ekstasi, WN Malaysia Dituntut 10 Tahun Penjara

Guru Besar Emiritus FP Unud Prof I Wayan Windia, dalam setiap kesempatan selalu menyampaikan buruknya nasib petani di Bali. NTP di Bali memang sering dibawah 100 yang menjadi indikasi betapa sektor ini tidak bisa dipergunakan sebagai penghasilan utama pemenuhan kebutuhan hidup. Ironisnya, kata Prof. Windia, pemerintah tidak pernah benar-benar memperhatikan petani.

Seperti dalam kasus terjadinya inflasi yang dicegah secara massif oleh pemerintah. Hal ini justru dapat merugikan petani. Menurut Prof. Windia, terjadinya inflasi membuat petani mendapatkan keuntungan dari naiknnya harga produk pertanian. Namun dengan operasi pasar, harga kembali menjadi rendah sehingga petani merugi.

Prof. Windia, menyayangkan perbaikan nasib pertanian di Bali hanya lips service. Implementasinya tidak pernah benar sungguh-sungguh. Banyak kebijakan yang tidak secara substantif memperbaiki nasib petani Bali.

Baca juga:  PLN Serahkan Sertifikat EBT ke Hotel Apurva Kempinski Bali

Hanif mengatakan dari 5 subsektor yang menjadi komponen penyusunan indeks NTP, tercatat hanya 1 subsektor yang mampu mencapai angka 100 di bulan Desember 2022, yaitu subsektor hortikultura naik sebesar 4,70 persen, dari 96,50 pada bulan sebelumnya menjadi 101,04. Sedangkan subsektor lainnya di bawah angka 100.

Seperti NTP Tanaman Pangan (NTPP) tercatat naik 0,65 persen dari 94,53 pada bulan November 2022 menjadi 95,15. Kenaikan pada indeks NTP subsektor tanaman pangan disebabkan oleh oleh naiknya indeks harga pada kelompok padi (gabah) setinggi dan naiknya indeks kelompok palawija setinggi. Sedangkan kenaikan NTP Tanaman Hortikultura (NTPH) disebabkan oleh naiknya indeks pada seluruh kelompok penyusunnya. Kenaikan paling tinggi tercatat pada indeks kelompok sayur-sayuran, kelompok tanaman buah-buahan dan kelompok tanaman obat-obatan Komoditas yang dominan berpengaruh pada naiknya It, antara lain tomat, jeruk, cabai merah, dan cabai rawit.

Indeks NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTPR) tercatat sebesar 93,98 atau turun 0,51 persen dari bulan sebelumnya. Penurunan tersebut disebabkan oleh indeks konsumsi rumah tangga dan indeks BPPBM yang lebih tinggi dari kenaikan harga komoditas cengkeh dan kelapa.

Baca juga:  Tingkatkan Kemandirian dan Kesejahteraan Petani, Jembrana Bangun RMU Modern Bantuan CSR

Indeks NTP subsektor peternakan (NTPT) pada bulan Desember 2022 tercatat turun sedalam 0,96 persen, dari 100,06 menjadi 99,10. Penurunan ini disebabkan oleh turunnya indeks kelompok ternak besar khususnya sapi potong. Selain itu penurunan NTPT ini juga disebabkan oleh naiknya indeks yang dibayar petani.

Sementara itu, tiga indeks kelompok penyusun lainnya mengalami kenaikan, yaitu indeks kelompok ternak kecil, khususnya babi), disusul indeks kelompok hasil ternak khususnya telur ayam ras yang naik dan indeks kelompok unggas khususnya ayam ras petelur yang naik.

Indeks NTP Subsektor Perikanan (NTNP) tercatat turun sedalam 0,37 persen dari kondisi bulan lalu yang tercatat 99,27 menjadi 98,90. Hal ini terjadi karena indeks yang dibayar petani lebih tinggi daripada indeks yang diterima dari perikanan tangkap maupun perikanan budi daya. (Winata/Citta Maya/balipost)

 

BAGIKAN