Menjelang puncak Pujawali Pura Penataran Agung Ulun Danu Beratan di Desa Candikuning, Baturiti yang jatuh pada Anggara Kasih Wuku Julungwangi, (20/12), telah diawali upakara Tawur Agung Balik Sumpah Parisuda Bumi, Pemahayu Jagat yang digelar di jaba sisi Pura, Kamis (15/12). (BP/bit)

TABANAN, BALIPOST.com – Menjelang puncak Pujawali Pura Penataran Agung Ulun Danu Beratan di Desa Candikuning, Baturiti yang jatuh pada Anggara Kasih Wuku Julungwangi, Selasa (20/12), telah diawali upakara Tawur Agung Balik Sumpah Parisuda Bumi, Pemahayu Jagat yang digelar di jaba sisi Pura, Kamis (15/12). Rangkaian upacara tawur agung dengan tingkatan utama ini dipuput tiga sulinggih, yakni Ida Pedanda Yadnyamana, Ida Pedanda Budha dan Ida Pandita Rsi Bujangga.

Penguger Kelihan Pura, I Putu Suma Artha menjelaskan, upakara Tawur Agung Balik Sumpah Parisuda Bumi, Pemahayu Jagat ini terakhir dilaksanakan tahun 2011 silam. Upakara Pamahayu Buana Tawur Balik Sumpah Utama kembali dilaksanakan karena melihat situasi dan kondisi saat ini di Bali, sering terjadi bencana alam sebelumnya seperti banjir bandang, pohon tumbang termasuk Covid19.

“Melalui piuning dan kesepakatan Gebog maka kami Prajuru dan Pengempon Pura Penataran Agung Ulun Danu Beratan akhirnya melaksanakan karya ini, dengan harapan antara sekala dan niskala seimbang. Termasuk DTW sebagai daya tarik wisata bisa dikembalikan kondisinya seperti dulu setelah dicecar sejumlah bencana alam sebelumnya termasuk Covid, intinya apa yang sifatnya sekala kita Parisuda Bumikan, sehingga alam sekala niskala bisa menyatu kembali seperti dulu,” terangnya.

Baca juga:  Kasus COVID-19 di Tabanan Melonjak Lagi, Satgas Sebut Ini Sebabnya

Jelang Pujawali, lanjut kata Putu Suma Artha, pihak DTW juga telah melakukan pembenahan maupun renovasi skala kecil di Parahyangan Pura yang nantinya akan dipelaspas pada 17 Desember 2022. Rangkaian upacara saat itu yakni Melaspas Padmasana Beji, Nyakap Karang dan Minyak Nyepih.

Selanjutnya pada 18 Desember dilakukan Mapepada Karya di madya mandala. Dan di 19 Desember dilaksanakan upacara Melasti dan Mapekelem.

Baca juga:  Krama Mulai “Ngayah” Persiapan Karya Ngusaba Kedasa di Pura Ulun Danu Batur

Dudonan selanjutnya tanggal 20 Desember atau Puncak Karya Nyatur Niri serta Padudusan Agung, pagi harinya terlebih dahulu dilaksanakan piodalan suang suang lawa seperti di Beji, Meru Tumpang 11, Meru Tumpang 3, Dalem Purwa dan Tembuku Aya.

Sementara itu Manajer DTW Ulun Danu Beratan I Wayan Mustika mengatakan akibat pandemi Covid, upakara Tawur Agung Balik Sumpah Parisuda Bumi, Pemahayu Jagat baru bisa dilaksanakan hari ini. Dimana di tahun 2016 serta 2017 DTW Ulundanu Beratan termasuk pelinggih di Pura sempat terjadi sejumlah bencana alam seperti banjir bandang, pohon tumbang.

“Upacara ini tentu maknanya memohon agar jagat Bali rahayu khususnya Gebog Pesatak,” terangnya.

Untuk diketahui, Pura Penataran Agung Ulun Danu Beratan merupakan Pura Kahyangan Jagat dan Cagar Budaya yang harus dilestarikan, dirawat taksunya serta dikembangkan sarana dan prasarananya. Pura Penataran Agung Ulun Danu Beratan difungsikan sebagai tempat Persembahyangan bagi Umat Hindu dari seluruh Nusantara dan merupakan tempat Nyegara Gunung, Meajar Ajar bagi Umat Hindu di Bali.

Baca juga:  Pangdam Hadiri Upacara Pamahayu Jagat di Besakih

Selain itu juga mata air Pura Penataran Agung Ulun Danu Beratan menjadi sumber bagi persawahan (Subak) di wilayah Tabanan, Badung dan Denpasar, sehingga selalu diadakan Upakara Ngaturang Suinih oleh Sabhantara Pakaseh Subak se- Tabanan, Badung dan Denpasar.

Pura Kahyangan Jagat ini diempon oleh 4 (empat) Gebog Pesatak (Gebog Pesatak Candikuning, Gebog Pesatak Baturiti, Gebog Pesatak Antapan, dan Gebog Pesatak Bangah) yang terdiri dari 12 (dua belas) Desa Adat, 6 (enam) Desa Pamaksan dan 2 (dua) Pengayah Pelinggih yaitu Pande Bayan dan Pande Marga yang ada di Kawasan Bali Tengah. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN