Ilustrasi seorang wanita menutupi kepalanya dengan tas saat berjalan di Alun-Alun Puerta del Sol pada hari yang panas saat Spanyol bersiap menghadapi gelombang panas di Madrid, Spanyol, 10 Juni 2022. (BP/Antara)

LONDON, BALIPOST.com – Gelombang panas di Prancis, Jerman, Spanyol, dan Inggris menimbulkan lebih dari 20.000 kematian eksesif. Ini, menurut sebuah laporan pada Kamis (24/11).

Suhu udara hingga 40 derajat Celsius atau lebih melanda kota-kota di Eropa, mulai dari Paris hingga London, pada tahun 2022. Dikutip dari Kantor Berita Antara, para ilmuwan iklim dari World Weather Attribution menemukan bahwa temperatur setinggi itu “nyaris mustahil” tanpa adanya perubahan iklim.

Gelombang panas pada tahun 2003 menimbulkan lebih dari 70.000 kematian eksesif—selisih angka perkiraan dalam keadaan normal dengan angka sebenarnya—di Eropa, sebagian besar terjadi di Prancis.

Baca juga:  Tambahan Kasus COVID-19 Bali Melandai, Korban Jiwa Nihil

Bencana itu mendorong banyak negara untuk mengambil berbagai langkah, seperti menerapkan sistem peringatan dini, meminta penduduk untuk saling mengawasi, dan memasang penyejuk udara di sekolah.

Langkah-langkah itu serta rencana aksinya mungkin telah mengurangi dampak gelombang panas pada tahun 2022. Akan tetapi, kata Chloe Brimicombe, peneliti gelombang panas di Universitas Graz, Austria, angka kematian masih “lebih tinggi dari perkiraan”. “Saya menganggap ini … gelombang panas paling berdampak sejak 2003,” kata dia.

Baca juga:  "Lockdown" Sejak 14 Maret, Spanyol akan Izinkan Warganya Berolahraga Akhir Pekan Depan

Karena pihak berwenang tidak mengaitkan sebagian besar kematian dengan udara panas, para statistikawan menggunakan rumus untuk menghitung angka perkiraan kematian eksesif. Udara panas bisa membunuh dengan memicu heatstroke (kenaikan suhu tubuh secara dramatis) yang merusak otak, ginjal, dan organ-organ lain.

Heatstroke juga bisa memicu kondisi lain seperti serangan jantung atau gangguan pernapasan.

Organisasi Meteorologi Dunia mengatakan bahwa pada bulan ini Eropa telah menghangat lebih dari dua kali lipat dibandingkan wilayah dunia lainnya selama tiga dasawarsa terakhir.

Baca juga:  Dunia Sedang Alami Gelombang Ketiga COVID-19, Indonesia Diminta Waspada

Sementara itu, Dinas Perubahan Iklim Copernicus mengatakan bahwa musim panas 2022 merupakan yang terpanas dalam sejarah. Prancis melaporkan sekitar separuh dari total kematian eksesif di Eropa Barat dengan 10.420 kematian.

Kematian eksesif mencapai 3.271 di Inggris dan Wales selama musim panas tahun ini, kata Kantor Statistik Nasional Inggris. Spanyol mencatat 4.655 kematian akibat gelombang panas pada bulan Juni—Agustus, sedangkan badan kesehatan Jerman melaporkan 4.500 kematian. (kmb/balipost)

BAGIKAN