Beberapa wisatawan mancanegara berbincang-bincang di Pantai Batu Bolong, Badung. (BP/Dokumen)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Ancaman imbas resesi global di 2023 membuat pemulihan pariwisata Bali perlu waktu panjang. Meski dari kuantitas jumlah wisatawan mancanegara terus meningkat, dari kemampuan belanja (expenditure) akan anjlok. Demikian prediksi Ketua Aliansi Pelaku Pariwisata Marginal Bali, I Wayan Puspa Negara, saat wawancara dengan tim Bali Post Talk di Legian, Badung.

Menurutnya, saat ini wisman memang telah mulai berkunjung ke Bali. “Namun secara ekonomi, kemungkinan hanya baru seperempat dari situasi
sebelum pandemi,” katanya.

Menurut Puspa, ada tiga indikator bisa dipergunakan sebagai ukuran kuantitas wisman ke Bali meningkat, namun secara ekonomi belum menggembirakan. Pertama, adalah dari lama tinggal (lenght of stay) wisman saat ini yang jauh menurun dibandingkan saat sebelum pandemi. “Sebelum pandemi, lama tinggal wisatawan di Kuta dan Legian bisa sampai 20 hari. Saat ini paling lama hanya 7 hari,” katanya.

Baca juga:  Lokasi Ini Jadi Alternatif Pusat Kebudayaan Bali, Dana Pembangunan Alokasi APBN

Kedua, menurunnya daya beli wisman yang datang ke
Bali. Ini ditunjukkan dari harga sewa kamar hotel yang masih harus dijual lebih murah dari situasi sebelum pandemi. “Misalnya, kalau harga per kamar hotel Rp600 ribu, saat ini hanya laku sekitar Rp200 ribu hingga Rp300 ribu,” kata Puspa yang juga Ketua LPM Legian ini.

Ketiga, soal tingkat hunian hotel saat ini yang masih di
bawah harapan. Rata-rata okupansi saat ini ada di 20
hingga 30 persen. “Memang ada hotel berbintang okupansinya sampai 90 persen. tetapi itu diisi delegasi dan keluarganya yang ikut event G20,” kata Puspa.

Baca juga:  Penumpang di Penyeberangan Gilimanuk Alami Peningkatan

Lebih lanjut ia menilai ada perubahan kemampuan ekonomi para wisman yang berkunjung ke Bali saat ini. Mereka yang sebenarnya repeater guest dulu adalah termasuk wisman middle up, kini telah turun
menjadi middle low. “Ini menjadi pertanda memang untuk mencapai kondisi pariwisata Bali yang benar-benar seperti sebelum pandemi masih butuh waktu panjang,” tegasnya.

Terlebih lagi resesi global yang masih akan harus dihadapi oleh berbagai negara di dunia di tahun mendatang.

Baca juga:  Kumulatif Kasus COVID-19 Bali Capai 37 Ribu Orang

Hal serupa diungkapkan Pengusaha Senior Panudian
Khun. “Seperti yang sering saya sampaikan, untuk kebangkitan pariwisata Bali butuh waktu bertahun-tahun. Dan tahun 2023 nampaknya masih akan belum terjadi,” tegasnya.

Namun optimisme tetap harus terus dibangkitkan. “Bali sudah berada dalam jalur yang benar terutama
dengan perbaikan banyak infrastruktur kepariwisataan,” ujarnya lagi. (Nyoman Winata/balipost)

BAGIKAN