Oka Gunastawa. (BP/may)

DENPASAR, BALIPOST.com – Dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya, Karangasem yang berada di Bali Timur masih tertinggal di bidang pariwisata. Itu menyebabkan Karangasem menjadi salah satu daerah yang menyumbang kemiskinan untuk Bali.

Padahal potensi pariwisata sangatlah besar. Dibutuhkan komitmen semua pihak agar investasi dapat mengalir ke Karangasem, sehingga pembagian kue ekonomi terbagi merata.

Tokoh masyarakat dari Karangasem IB. Oka Gunastawa, saat wawancara Bali Post Talk beberapa waktu lalu mengatakan, kondisi tertinggalnya Bumi Lahar tak terlepas dari pengaruh geografis dan akses menuju Karangasem. Maka dari itu perlu upaya ekstra membangun Karangasem termasuk mendatangkan investasi ke Karangasem.

Baca juga:  Dari Kedatangan Penumpang Bandara Ngurah Rai Alami Tren Penurunan hingga Kasus Harian Masih 2 Digit

Untuk membangun Karangasem diperlukan investasi spesifik agar memberi multiflier effect pada pada kesejahteraan masyarakat dan indeks pembangunan manusia Karangasem. Menurutnya, bukan tidak ada investasi di Karangasem. Banyak invetasi yang masuk namun sporadis, cenderung berskala kecil, kalaupun ada skala besar tapi tidak diikuti pengembangan infrastruktur yang masif. Sehingga pengembangan Karangasem tidak secemerlang kabupaten lain. Untuk itu perlu investasi dengan karakterisitik yang spesifik. “Karakteristik yang spesifik itu, pasarnya jelas, dibangun dimanapun pasti didatangin,” imbuhnya.

Baca juga:  Dua Pria Ditahan Bawa Sajam Saat Pengukuran Tegal Jambangan

Sementara infrastruktur yang ada saat ini yaitu Jalan Bypass IB. Mantra menurutnya cukup mudah memanfaatkan akses menuju Karangasem bahkan lebih cepat. Dengan karakteristik investasi yang besar dan percaya diri, dalam konteks pasar, investor tersebut harus memiliki pasar yang fanatik sehingga dicari, di manapun lokasinya.

“Kondisinya memang Karangasem menjadi daerah yang belum pernah pada posisi bagus, dalam konteks persaingan dengan kabupaten lainnya. Apalagi pascapandemi Covid-19, Karangasem yang sulit maju karena faktor sebelumnya, ditambah pandemi, sehingga dalam rangka recovery, tantangannya lebih keras lagi,” ungkapnya.

Baca juga:  2018, Ekonomi Bali Diproyeksi Tumbuh 6,4 Persen

Penyebab utamanya karena lahan di Karangasen termasuk lahan kritis akibat meletusnya Gunung Agung 1963 yang perlu recovery panjang dan pembangunan maksimal yang memungkinkan saja yang bisa dilakukan. Kondisi itu secara otomatis sumber daya manusia yang ada, keluar daerah baik di Bali, dan transmigrasi ke luar Bali.

“Karena ditinggalkan SDM inilah makanya perlu stimulasi khusus untuk menarik mereka pulang, membangun daerahnya. Stimulannya bisa berupa pembangunan agar ada peluang kerja hingga menarik mereka pulang,” ujarnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN