Wayan Suartana. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pergerakan inflasi Bali mendekati 7% patut diwaspadai. Meskipun indikator pemulihan pariwisata telah terlihat dari kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara yang telah pulih 60%.

Akademisi dari Universitas Udayana Prof. Wayan Suartana mengatakan, yang perlu diwaspadai adalah terjadinya stagflasi karena perang Rusia-Ukrania tak kunjung usai. Rantai pasokan terganggu dan tingginya harga minyak dunia. “Kita berharap G20 akan memberikan jalan yang solutif untuk pertumbuhan ekonomi dunia dan nasional. Stagflasi bisa dihindari dan dunia dapat pulih bersama,” ujarnya.

Di tengah-tengah terjadinya krisis karena perang Rusia Ukrania, recovery di berbagai belahan dunia berjalan lambat. Indonesia cukup beruntung dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik relatif dibandingkan negara lain.

Kondisi ini disebabkan salah satunya kinerja ekspor yang membaik dan mobilitas antardaerah yang relatif lancar. Berdasarkan rilis BPS kemarin  ekspor Bali pada Juni 2022 mencapai USD 49,93 juta. Kondisi ekspor Juni 2022 lebih baik dari Juni 2018 dan 2019. Namun demikian harga minyak dunia turut naik. Hal ini patut diwaspadai karena akan menimbulkan efek terhadap industri dan kenaikan tingkat inflasi.

Baca juga:  Tambah 3 Digit, Warga di 4 Zona Merah dan Luar Bali Terpapar COVID-19

Sektor riil yang tidak bergerak seperti biasanya tentu akan menjadi kendala dalam pencapaian pertumbuhan ekonomi. Khusus Bali dengan asumsi perubahan dari pandemi ke endemi maka pertumbuhan ekonomi akan terus positif namun masih akan dibawah angka nasional.

Di samping itu, berdasarkan rilis BPS Senin (1/8) yang disampaikan Kepala BPS Bali Hanif Yahya, indikator NTP Bali Juli 2022 mencapai 96, 05, naik 0,33%. Dari variabel penyusun NTP yaitu indeks yang dibayar (Ib) 113,38, naik 0,94% dan Indeks yang diterima (It)  naik 108,90 naik 1,27%.

Sedangkan Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) 97,69. NTUP yang merupakan perbandingan It terhadap Ib khususnya untuk biaya produksi dan modal, naik 1,05% (mtm). “NTUP naik yang berarti kesimpulannya terjadi peningkatan pengeluaran dari petani untuk produksi lebih rendah dibandingkan yang diterima petani. Artinya It lebih tinggi dibandingkan Ib meskipun NTUP masih di bawah 100,” jelasnya.

Hanya saja, untuk subsektor tanaman pangan mengalami penurunan 1,61% yaitu 86,96. Sedangkan 4 subsektor lain naik yaitu hortikultura 111,06, naik 2,96%, peternakan 92,13, naik 1,19%, tanaman perkebunan rakyat 100,31 naik 0,08%, perikanan 102,26, naik 1,18%.

Baca juga:  BMKG Deteksi Kemunculan Dua Bibit Siklon Tropis

Indikator NTP yang membaik juga dilihat dari kondisi NTP Januari – Juli 2022.

NTP selama 2022 berada di atas kondisi di  2021, meski belum mencapai 100. “Dibandingkan 2021, NTP 2022 sudah di atas yaitu Januari – Juli 2022 sebesar 94,61, sedangkan Januari – Juli 2021 93,09,” jelasnya.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Bali, Trisno Nugroho, juga menyampaikan beberapa indikator ekonomi Bali membaik. Di antaranya kinerja penjualan eceran dan survei konsumen. Berdasarkan Survei Konsumen Bank Indonesia pada Juni 2022 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi di Provinsi Bali kembali menguat. Hal tersebut tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Provinsi Bali di Juni 2022 yang tercatat pada area optimis sebesar 143,3, lebih tinggi dari 131,2 pada Mei 2022.

Optimisme tersebut juga lebih tinggi dengan kondisi nasional yang mencatatkan IKK Nasional sebesar 128,2. “Ekonomi Bali saat ini terus menunjukkan pemulihan yang tercermin dari meningkatnya konsumsi masyarakat pada bulan Juni 2022. Hal ini didorong oleh periode high season bagi kunjungan wisatawan di bulan Juni yang menstimulasi sektor pariwisata Bali,” ujarnya.

Baca juga:  Dari WHO Suarakan Kekhawatiran Peningkatan Kasus COVID-19 di Dua Negara hingga Penumpang Ojol Ditangkap Polisi

Sementara kinerja penjualan eceran Bali pada Juni 2022 diprakirakan meningkat secara bulanan. Hal ini tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Bali yang tercatat sebesar 93,16, atau secara bulanan tumbuh 0,71 % (mtm). Peningkatan ini sejalan dengan meningkatnya aktivitas pariwisata di Bali seiring periode high season dan penyelenggaraan event berskala internasional yang didukung oleh peningkatan frekuensi direct flights dari luar negeri.

Trisno Nugroho menyampaikan bahwa prakiraan kenaikan kinerja penjualan ritel di Bali bulan Juni 2022 bersumber dari penjualan kelompok barang Barang Budaya dan Rekreasi serta Bahan Bakar Kendaraan Bermotor yang masing-masing sebesar 3,1 % (mtm).

Kinerja positif penjualan eceran di Bali pada Juni 2022 tersebut lebih baik dibanding kondisi nasional yang mengalami kontraksi pada Indeks Penjualan Riil (IPR) nasional sebesar -2,15% (mtm), yang bersumber dari menurunnya kinerja penjualan eceran pada Makanan, Minuman, dan Tembakau serta Peralatan Informasi dan Komunikasi pasca Hari Raya Idul Fitri. (Citta Maya/balipost)

 

BAGIKAN