Bahan boreh yang merupakan tanaman lokal Bali. (BP/may)

DENPASAR, BALIPOST.com – Boreh adalah salah satu ramuan yang digunakan masyarakat Bali secara turun temurun untuk kesehatan. Dikutip dari jurnal ilmiah Farmasi Sains dan Komunitas (2012, 71-74)  yang ditulis Ketut Ary Widiasih dan Titien Siwi Hartayu, ada tiga kategori boreh di Bali, yakni boreh anget, boreh miyik, dan boreh tis.

Boreh anget biasanya digunakan untuk pengobatan tradisional karena bisa menghangatkan tubuh, memperlancar peredaran darah, mengurangi nyeri otot, dan demam. Sedangkan kedua boreh lainnya, yaitu boreh miyik dan boreh tis umumnya digunakan untuk lulur. Bedanya, boreh miyik berbahan dasar bunga-bungaan, sedangkan boreh tis terbuat dari sayur dan buah-buahan.

Jurnal ilmiah lain yaitu Jurnal Kajian Bali (2015, 241- 262) yang ditulis oleh I Nyoman Arsana menyebutkan, dalam Lontar Taru Pramana ada 182 nama lokal tumbuhan yang digunakan dalam pengobatan tradisional Bali. Dari 182 nama lokal tersebut, 20  jenis belum dapat dikenali dan ditentukan nama ilmiahnya secara pasti.

Baca juga:  Kasus COVID-19 Bali Bertambah 1 Digit, Nihil Korban Jiwa

Bagian tumbuhan yang banyak digunakan adalah daun, tunas, kulit batang, akar, buah, getah, maupun umbi. Seluruhnya ini bisa diolah menjadi berbagai bentuk obat seperti loloh, boreh, sembar, tutuh, tempel, dan ses. Namun dari keenam ramuan tersebut, yang paling sering dibuat oleh masyarakat Bali adalah loloh dan boreh.

Salah seorang pelaku usaha boreh, Komang Pujiarini, belum lama ini menuturkan, boreh merupakan salah satu produk budaya dari masyarakat Bali. Masyarakat Bali diwarisi ilmu pengetahuan oleh leluhur yang tersimpan dalam lontar, khususnya Lontar Taru Pramana.

Boreh spa diakuinya cukup diminati wisatawan lokal dan domestik sejak awal dirinya membuka usaha pada 2021. Namun seiring dibukanya kembali pintu internasional, wisatawan mancanegara pun menyukai treatment (perawatan) asli Bali ini.

Baca juga:  Karena Ini, Belasan Warga di Mekar Bhuwana "Di-Tracing"

Kata Bu Mang, demikian perempuan ini akrab disapa, mereka bisa datang setiap hari hanya untuk sekedar massage atau mengambil paket lengkap. Ketertarikan wisatawan asing terhadap budaya maboreh ini bukan tanpa alasan. Pasalnya mereka merasakan manfaat dari boreh dan sauna rempah tumbuh-tumbuhan ini.

Boreh yang ditawarkannya merupakan hasil ramuan dari 41 jenis tumbuhan. Boreh anget yang biasa digunakan para tetua dikreasikan agar tidak terlalu panas di badan sehingga takaran bahan yang digunakan menjadi kunci racikan borehnya.

Bahan-bahan boreh yang digunakan berasal dari Bali karena bahan tersebut merupakan warisan leluhur. Dari semua jenis tumbuhan yang digunakan, ada yang ditanam sendiri di pekarangan dan di kebun, ada juga yang dibeli. Sebab, tidak semua jenis tumbuhan untuk bahan baku boreh dapat tumbuh dengan mudah.

Baca juga:  Bupati Suwirta Berusaha Anggarkan Perbaikan Pura Puncak Sari

Tidak hanya boreh, bahan untuk sauna juga menggunakan rempah-rempah, terutama daun salam dan jahe. Cara pengolahan pun dilakukan dengan cara tradisional. Beberapa bahan baku ada yang dijemur terlebih dahulu agar tidak berjamur dan dihinggapi serangga, karena hal tersebut terkait dengan higienitas bahan.

Bahan yang telah dikeringkan, ditakar sesuai takaran yang ia ciptakan kemudian “diintuk” (ditumbuk) di lesung (batu alam). Hasil tumbukan diasapkan di atas perapian agar kering.

Hasil ramuan yang telah kering tersebut “diulig” (digerus) hingga halus dan ditambahkan cairan. Ramuan inilah yang digunakan untuk membaluri tubuh.

Semuanya bermanfaat untuk peredaran darah, detoksifikasi, mengangkat sel kulit mati, menghangatkan badan, dan melancarkan saluran pernafasan. Boreh yang dibalur ke seluruh tubuh, akan mudah diserap ketika pori-pori kulit terbuka akibat dari efek sauna. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN