Kendaraan memadati ruas Tol Jagorawi di kawasan Cibubur, Jakarta Timur, Selasa (3/5/2022). (BP/Antara)

JAKARTA, BALIPOST.com – Pascalibur Lebaran, ada 8 provinsi yang dipantau untuk melihat dampak mobilitas pada penanganan pandemi COVID-19 di Indonesia. Menurut Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito, mengatakan 8 provinsi itu merupakan daerah-daerah tujuan mudik terbesar.

Rincian provinsi yang dipantau itu adalah Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta DI Yogyakarta, Lampung, Sumatera Utara dan Sumatera Barat. “Kasus positif, kasus aktif, kematian BOR serta positivity rate kedelapannya terus Mengalami penurunan yang signifikan,” kata Wiku dalam keterangan tertulis dikutip pada Rabu (11/5).

Perkembangan pada 8 provinsi menjadi pertimbangan utama pelonggaran pengaturan perjalanan di Indonesia. Seiring juga dengan penurunan kasus COVID-19 tingkat global, sehingga beberapa negara mulai melonggarkan pengaturan perjalanan secara berkala.

Meski demikian, evaluasi indikator perkembangan kasus COVID-19 pada 8 provinsi tersebut cukup penting dilakukan paskaperiode libur panjang. Dikarenakan dalam periode lebaran mobilitas masyarakat tinggi serta adanya kemungkinan lengahnya protokol kesehatan saat kegiatan berkumpul.

Jika melihat kembali pada pembelajaran paska libur panjang sebelumnya, dampak pada perkembangan kasus terlihat pada 2 – 3 minggu setelahnya. Dan hasil evaluasi dapat menjadi antisipasi bagi seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah, apabila terjadi kenaikan sedikit kasus, maka segera diatasi.

Pada periode kali ini, evaluasi pada 8 provinsi tersebut perkembangannya cukup bervariasi pada kasus positif, sembuh, meninggal dan kasus aktif serta tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit (BOR). Kabar baiknya, secara kasus positif mingguan di seluruh provinsi mengalami penurunan.

Baca juga:  Lebaran, Poliklinik RSUP Sanglah Tutup 3 Hari

Pada kasus positif dalam 7 hari terakhir, penambahan tertinggi di DKI Jakarta yaitu 519 kasus dan penambahan terendah di Sumatera Barat sebanyak 6 kasus.

Lalu, pada persentase kesembuhan harian di seluruh provinsi mengalami kenaikan. Data per 9 Mei 2022, persentase kesembuhan di seluruh provinsi sudah lebih dari 90%. Dengan tertinggi yaitu DKI Jakarta 98,7%, Jawa Barat 98,4% dan Sumatera Utara 97,8%.

Selanjutnya, pada kasus kematian mingguan di seluruh provinsi dalam 3 bulan terakhir mengalami penurunan. Namun, Jawa Tengah beberapa minggu terakhir masih mengalami kenaikan meskipun tidak signifikan. Penambahan kematian dalam 7 hari terakhir tertinggi juga di Jawa Tengah yaitu 63 kasus. Sementara penambahan terendah di Sumatera Barat yaitu 0 kasus.

Untuk kasus aktif mingguan di seluruh provinsi mengalami penurunan dan per 8 Mei 2022, penambahan kasus aktif tertinggi di Jawa Barat yaitu 1.598 dan penambahan terendah di Sumatera Barat yaitu 92 kasus.

Pada persentase BOR ruang isolasi rumah sakit rujukan COVID-19, masih terbilang sangat rendah yakni sekitar 0,35 sampai 2,71% saja. Jika melihat pada 8 provinsi tersebut, persentase tertinggi di DI Yogyakarta sebesar 2,71%. Sementara terendah di Lampung yaitu 0,99%.

Kabar baik lainnya, angka positivity rate dari tes PCR terus menurun. Jika pertengahan Maret lalu angkanya lebih dari 30%, di minggu lalu turun drastis hingga 1,73% orang positif dari total diperiksa. Sayangnya jumlah orang diperiksa mingguan mengalami penurunan. Jika pada pertengahan Maret lalu mencapai lebih dari 1 juta orang diperiksa perminggu, kini angkanya terus menurun hingga minggu lalu sekitar 300 ribu orang.

Baca juga:  Jokowi Beri Sinyal "Reshuffle," Minta Semua Pihak Tunggu Saja

“Hal ini perlu kita tingkatkan karena semakin banyak yang dites, maka kita akan semakin dapat melihat gambaran penularan COVID-19 yang akurat di tengah masyarakat,” lanjutnya.

Di samping itu, yang penting diwaspadai bersama ialah tren kenaikan mobilitas ternyata tidak hanya dialami oleh provinsi tujuan mudik, namun hampir merata pada 33 dari 34 provinsi di seluruh Indonesia. Dari data Google mobility per 6 Mei 2022, kenaikan mobilitas umumnya terjadi pada lokasi ritel dan rekreasi, toko bahan makanan, taman dan pusat transportasi umum. Sementara mobilitas di tempat kerja dan perkantoran secara keseluruhan menurun.

Secara wilayah, kenaikan mobilitas tertinggi pada tempat retail dan rekreasi berada di Sumatera Barat naik 110%, Jawa Tengah naik 85% dan Lampung naik 81%. Pada toko bahan makanan, Sumatera Barat naik 153%, Lampung naik 127% dan Jawa Tengah naik 118%.

Pada taman termasuk pantai dan ruang terbuka umum, Sumatera Barat naik 280% persen, Riau naik 225% dan Lampung naik 219%. Sementara, pusat transportasi umum, Lampung naik 237%, Jawa Tengah naik 127% dan Sumatera Barat naik 71%.

Baca juga:  Sejumlah Boat Tujuan Nusa Penida Kelebihan Kapasitas, Polisi Turunkan Penumpang dan Tegur Pengelola

Meski demikian, satu-satunya provinsi yang menurun mobilitasnya adalah DKI Jakarta yang terjadi pada 4 dari 5 lokasi survei, kecuali pada area taman meningkat sangat kecil yaitu 8%.

Untuk itu, demi mempertahankan penurunan kasus yang cukup signifikan, dan demi mencapai aktivitas masyarakat dan kehidupan berangsur kembali seperti sebelum pandemi, masyarakat harus senantiasa mengingat bahwa kuncinya adalah kesadaran dan disiplin diri masing-masing individu untuk menjaga diri dari menular dan tertular.

Perlu diwaspadai bersama, bahwa terjadinya kenaikan mobilitas yang merata diiringi peningkatan Interaksi masyarakat sehingga semakin tinggi risiko terbentuknya kerumunan. Masyarakat seharusnya menjaga diri dari potensi tertular dan menularkan dengan cara yang mudah, yaitu tetap memakai masker semaksimal mungkin saat bertemu dengan orang lain, atau berada di tempat umum dan keramaian.

Kemudian terapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang harusnya sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Hal penting lainnya, ialah kesadaran tinggi untuk dites bagi masyarakat yang memiliki riwayat bepergian jarak jauh dan mengunjungi lokasi keramaian. Terlebih bagi yang merasa bergejala dimohon secara sadar segera dites.

“Tak henti saya ingatkan jangan sampai ternyata kita tertular dan menjadi sumber penularan bagi orang disekitar kita. Terutama kelompok rentan seperti lansia anak-anak dan penderita komorbid,” pungkas Wiku. (kmb/balipost)

BAGIKAN