dr. Gde Somayana, Sp.PD., KGEH. (BP/Istmewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Serangan hepatitis mematikan saat ini mengancam anak-anak. Menteri Kesehatan RI pun telah mengeluarkan edaran dan meminta semua elemen melakukan antisipasi.

Kasus hepatitis akut yang belum teridentifikasi penyebabnya ini berjangkit di Eropa. Indonesia dengan jumlah penduduk yangt tinggi dan sanitasi lingkungannya belum begitu bagus layak waspada.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam RSUP Sanglah dr. Gde Somayana, Sp.PD., KGEH., Rabu (4/5) menjelaskan dari sekian kasus hepatitis yang berkembang di Eropa, setelah dilakukan pemeriksaan molekuler, 74 kasus disebabkan oleh adenovirus. Adenovirus biasanya mengganggu saluran pernafasan, namun pada kasus ini menyerang hati.

Selain itu dari sejumlah kasus hepatitis juga ditemukan adanya virus SARS CoV-2 yang
merupakan penyebab COVID-19. “Jadi hipotesis para ahli kemungkinan hal ini (SARS CoV-2 dan Adenovirus) diduga penyebabnya, tapi belum dipastikan penyebabnya sehingga penelitian masih berlangsung sampai saat ini,” ujarnya.

Baca juga:  Antisipasi Hepatitis Akut, RSD Mangusada Siapkan Tenaga Medis dan “Screening”

Gangguan inflamasi pada hati itu bukan disebabkan oleh virus hepatotropic, namun karena dua virus yang seharusnya menyerang saluran pernafasan, baik pernafasan atas maupun bawah. “Penelitian masih berlangsung untuk menemukan penyabab hepatitis akut tersebut, apakah ada hubungan dengan COVID atau penyebab adenovirus atau penyebab lainnya. Kita akan menunggu pemberitahuan lebih lanjut dari WHO,” ujarnya.

Dari 169 kasus yang terjadi di Eropa dan Amerika, satu orang meninggal, 74 kasus disebabkan Adenovirus, 20 kasus disebabkan virus SARS CoV-2, 19 kasus disebabkan campuran.

Sementara di Bali sendiri diakui ia belum mengetahui pasti ada tidaknya kasus hepatitis akut ini di RSUP Sanglah. Terlepas dari penyebab hepatitis akut tersebut, masyarakat mesti peka mengenali gejalanya agar dapat segera membawa ke fasilitas kesehatan atau faskes untuk mendapatkan penanganan.

Gejala yang paling mudah dikenali yaitu mata kuning atau jaundice, mual, nyeri perut, diare, muntah dan sebagian kecil demam, meski sebagian temuan kasus tidak mengalami demam. Pada pemeriksaan enzim hati dengan pengambilan sampel darah, akan kentara jika hati mengalami gangguan yaitu kadar enzim hati di atas 500, sementara kadar normal enzim hati semestinya di bawah 40.

Baca juga:  Indri Mantari, Ngojek Sambil Rampungkan S2

Dengan tingginya kadar enzim hati itu, berarti ada sel hati yang rusak. Pada hepatitis, umumnya gejala mata kuning terlihat setelah gejala nyeri perut, diare, mual, muntah dan demam/tidak demam. “Padahal gambaran umum orang hepatitis akut apapun penyebabnya, biasanya fase awal adalah mual, lemas, tidak ingin makan, demam. Setelah keluhan itu membaik, baru kemudian muncul gejala mata kuning. Jika seperti itu kita harus waspada, itu gambaran dari orang hepaptitis akut,” jelasnya.

Semakin tinggi kadar enzim yang ditemukan, maka semakin berat kerusakan hatinya. Cara
satu–satunya yang bisa dilakukan adalah dengan transplantasi hati. Jika infeksi ringan, maka
tubuh akan recovery dengan sendirinya. “Namun jika sampai kondisinya berat, pasien tidak sadarkan diri, terjadi gagal hati, satu-satunya jalan menolong adalah transplantasi hati,” ujarnya.

Baca juga:  ODGJ Tusuk Ibu Tiri hingga Tewas, Sudah 2 Bulan Tak Berobat ke RSJ

Dengan melihat perangai dari SARS CoV- 2 dan Adenovirus, maka upaya yang dapat dilakukan masyarakat untuk mencegah adalah dengan memakai masker dan tetap menerapkan protokol kesehatan. Karena Adenovirus bisa menular lewat sentuhan tangan, kontak erat atau lewat udara.

Adenovirus akan menyebabkan infeksi berat jika daya tahan tubuh lemah dan tergantung tipe Adenovirus yang menyerang, mengingat ada 50 tipe Adenovirus. “Dari sini kita bisa mencegah apa yang harus dilakukan yaitu memakai masker, rajin mencuci tangan karena adenovirus bisa menempel di permukaan. Jika ada gejala, masyarakat yang memiliki anak dengan gejala mata kuning lemas dalam kodisi saat ini, disarankan segera ke faskes,” jelasnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN