I Gusti Ngurah Puspa Udiyana. (BP/may)

DENPASAR, BALIPOST.com – Belum lama ini Pemprov Bali sukses menggelar DigiFest 2022. Kegiatan yang dirangkaikan dengan implementasi Tumpek Landep ini langkah awal menuju ekonomi Bali digital seperti tertuang dalam peta jalan ekonomi Ekonomi Kerthi. Bali punya potensi besar dan modal sebagai surga dalam mengembangkan ekonomi digital. Demikian terungkap dalam Talkshow Merah Putih pada Rabu (13/4) di Warung 63, Jalan Veteran, Denpasar.

Sub Koordinator Aplikasi Informatika Diskominfos Provinsi Bali I Gusti Ngurah Puspa Udiyana mengatakan dalam mengembangkan ekonomi digital, Pemerintah Provinsi Bali terlebih dulu merancang kegiatan digital terbesar yaitu Digifest sebagai media pembelajaran. Ajang ini juga sebagai sarana membangun jejaring untuk nantinya diajak berkolaborasi agar tercipta ekosistem digital.

Baca juga:  Hingga Februari, Penerimaan Pajak dari Ekonomi Digital Rp22,179 Triliun

Dari event tersebut, animo masyarakat sangat tinggi untuk datang dan terlibat. “Salah satu implementasinya dengan DigiFest. Ini awal, baru membangunkan komunitas digital yang ada di Bali, baik dari start up, dari sisi digital art, musik, filmnya, untuk kita siapkan fasilitasnya,” ujarnya.

Ekonomi digital menjadi pilihan fondasi ekonomi Bali karena sifatnya ramah lingkungan, tidak mengeksploitasi lingkungan, dan added value-nya tinggi.

Akademisi dari Institut Pariwisata dan Bisnis Internasional, Putu Wahyu Nirmala, S.T., M.Par. mengatakan, digital nomad tourism diperkirakan mulai berkembang sejak 2014 dan Bali menjadi salah satu lima besar destinasi digital nomad di dunia. “Kita sudah dipublish sebagai destinasi digital nomad, maka kita harus mempersiapkan diri, tidak hanya SDM pariwisata tapi juga SDM IT-nya,” ujarnya.

Baca juga:  Operasi Keselamatan Agung 2018, Polantas Harus Jadi Contoh

Deputi Kepala BI Bali Agus Sistyo mengatakan, untuk menuju ekonomi digital, Bali memiliki modal karena telah menjadi salah satu tujuan digital nomad tourism. Data dari Tripadvisor, Bali masih menjadi tujuan wisata favorit. Sehingga daya tarik ini menjadi modal bagi Bali untuk mengembangkan pariwisata. Sementara fenomena wisata yang berkembang saat ini mengarah ke digital nomad.

Digital nomad tourism memikili rata-rata lama menginap 6 bulan sampai 1 tahun sehingga jangka waktu tinggalnya cukup panjang, dan spending money mereka USD 1.000 per bulan, lebih besar dari jenis wisatawan yang lain. “Ini merupakan sumber-sumber potensi yang akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Bali namun Bali harus memfasilitasi kebutuhan mereka,” ujarnya.

Baca juga:  Rayakan Rahina Tumpek Landep, Gubernur Koster Gelar Bali DigiFest 2022

Kepala SMAN 1 Denpasar, M. Rida mengatakan, di era saat ini tidak bisa lepas dari dunia digital karena proses pembelajaran juga tidak lepas dari digital apalagi selama pandemi. Digitalisasi juga mendorong anak-anak mudah belajar secara mandiri.

Pemerintah Provinsi Bali pun telah memfasilitasi minat anak muda dengan DigiFest sehingga program tersebut dinilai dapat mewadahi minat dan bakat anak-anak muda. Wadah ini dinilai akan mendorong anak muda lebih semangat dalam berkarya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN