Dewa Gde Satrya. (BP/Istimewa)

Oleh Dewa Gde Satrya

Pekan lalu, holding BUMN pariwisata diluncurkan Presiden Jokowi dengan nama Injourney. Kehadiran holding ini diharapkan mampu memajukan sektor pariwisata melalui efisiensi dan perbaikan tata kelola perusahaan yang terdiri dari berbagai lini industri pariwisata (perhotelan, penerbangan, kawasan wisata, transportasi) untuk mempertahankan pasar wisatawan domestik.

Induk holding BUMN adalah PT Aviasi Pariwisata
Indonesia (Persero) dengan anggota PT Sarinah
(Persero), PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, Ratu Boko (Persero), PT Angkasa Pura I (Persero), PT Angkasa Pura II (Persero), PT Hotel Indonesia Natour (Persero). Kehadiran BUMN pariwisata di awal tahun ini layak disambut dengan optimisme dan harapan akan sinerginya perusahaan bidang pariwisata yang dimiliki negara.

Prinsip good corporate governance (GCG) layak diterapkan sebagai acuan holding, yang merupakan strategi perusahaan untuk menciptakan daya saing
kompetitif. Kehadiran BUMN pariwisata ini terlihat sebagai cara mentransformasi diri dari bureaucratic-monopolistic government ke entrepreneurial-competitive government.

Baca juga:  Dana Pungutan Wisman

Perubahan ini akan memaksa pemerintah untuk mentransformasi diri dari bureaucratic-monopolistic government ke entrepreneurial-competitive government. BUMN yang “cuek-bebal” menjadi lebih berorientasi pelanggan (customer-driven government)
dan bertanggungjawab (accountable government) terhadap seluruh stakeholder-nya secara seimbang.

Tak hanya itu, BUMN pariwisata diharapkan mampu mengevolusi diri dari local orientation menjadi pemerintah yang memiliki global-cosmopolitan orientation. Dahlan Iskan ketika menjadi Menteri BUMN menyatakan, hampir sebagian besar BUMN
perhotelan memiliki kinerja buruk.

Penyebabnya, selain karena sudah berusia tua, kumuh, juga tidak dikelola dengan profesional sehingga sulit bersaing dengan hotel-hotel berbintang milik swasta (antaranews.com, 22/11). Karena itu,
Kementerian BUMN berencana memperbaiki
kinerja 60 hotel yang dimiliki dengan mengkaji
sejumlah opsi, antara lain, pemilik tidak harus
menjadi operator, menetapkan satu operator
yang khusus menangani BUMN hotel, dan hotel-hotel BUMN dioperasikan oleh satu anak perusahaan.

Hotel BUMN

Saat ini BUMN yang bergerak dalam jasa perhotelan seperti Hotel Indonesia Natour (HIN) memiliki jaringan 12 hotel berbintang 3 sampai bintang 5. Dua hotel bintang 5 terdapat di Bali, yakni Inna Grand Bali Beach (Sanur) dan Inna Putri Bali (Nusa Dua).

Baca juga:  Tantangan Etika Lingkungan

Sedangkan yang berbintang 4 ada hotel, yakni Inna Kuta Beach (Kuta), Inna Muara (Padang), Inna Garuda (Yogyakarta), dan Inna Samudera Beach (Pelabuhan Ratu). Sedangkan 6 hotel lainnya berbintang 3, yakni Inna Shindu Beach (Sanur), Inna Bali (Denpasar),
Inna Simpang (Surabaya), Inna Tretes (Jatim), Inna Parapat (Danau Toba), dan Inna Dharma Deli (Medan).

Selain HIN, sejumlah BUMN juga memiliki hotel seperti Pertamina, Telkom, Pembangunan Perumahan. Di ranah ini, wisatawan mancanegara khususnya, kurang mengenal hotel-hotel BUMN yang
tersebar di kantong-kantong pariwisata Indonesia,
padahal kebanyakan berada di lokasi strategis.

Turis dan warga asing lebih mengenal chain hotel
internasional. Karena itu, pada pangsa pasar ini
hotel-hotel BUMN sulit bersaing dengan hotel-hotel internasional. Di samping itu, hotel-hotel BUMN juga harus bersaing dengan hotel milik swasta yang sarat dengan inovasi dan memiliki beragam keunggulan komparatif dan kompetitif di benak konsumen.

Baca juga:  KEK Sanur Diharap Beroperasi Tahun Depan

Kita menyadari, hotel yang memiliki competitive advantage adalah hotel yang dapat memahami kebutuhan, keinginan maupun harapan konsumennya. Oleh karena itu seluruh visi, misi, strategi, tujuan dan sasaran yang dimiliki haruslah berbasis pada konsumen.

Kompleksitas persaingan perhotelan mengarahkan hotel-hotel BUMN untuk pertama-tama perlu menggarap pasar domestik terlebih dahulu. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk memenuhi keinginan pasar domestik, khususnya melalui inovasi berupa paket-paket atau acara yang bernuansa budaya lokal.

Pembenahan (perubahan) hotel-hotel BUMN sekiranya
merambah ke orientasi produk, orientasi pasar,
intellectual capital, dan orientasi pembelajaran
yang keseluruhannya terletak pada SDM dan
manajemen. Kita merindukan hotel-hotel BUMN
yang kompetitif.

Penulis, Dosen Hotel & Tourism Business, School of Tourism, Universitas Ciputra Surabaya

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *