Hamparan lahan pertanian di Jatiluwih, Tabanan. (BP/Dokumen)

TABANAN, BALIPOST.com – Persoalan yang dihadapi sektor pertanian selama ini adalah banyaknya petani yang mengolah lahannya tidak sesuai SOP pertanian atau manajemen pertanian itu sendiri. Budaya ‘mule keto’ pun masih sangat kental melekat dalam pemikiran para petani.

Ketua DPD HKTI Bali terpilih yang juga menjabat Wakil Bupati Tabanan, I Made Edi Wirawan, mengatakan, kelemahan pertanian di Bali saat ini adalah petani itu bekerja tidak sesuai dengan SOP atau manajemen pertanian. Seperti halnya menanam padi, harus dilakukan dengan pembajakan sawah dengan benar, kemudian pemilihan bibit sangat berpengaruh dan pemupukan yang baik untuk mendapatkan hasil yang berkualitas.

Baca juga:  Harga Gabah Turun Jadi Rp 4.618

la mengatakan HKTI siap mengawali pertanian dari hulu sampai hllir. “Hulu, tengah, hilir. SOP penanaman di hulu harus dilakukan, proses di tengah, di hilir jaga harga agar tidak anjlok, di situlah kami HKTI berada,” terangnya, Minggu (30/1).

Ia juga menekankan petani harus memelihara kelestarian alam, dan saat alam lestari maka pariwisata akan menjadi bonus. Disinggung tentang regenerasi petani, ia mengatakan ke depan sinergi HKTI akan menggali pengolahan pertanian sehingga sektor ini akan mampu menjadi magnet bagi kaum milineal.

Baca juga:  Dewan Badung Bahas Rumah Rehabilitasi Bagi Pecandu Narkotika

Lebih jauh pihaknya akan konsisten mendorong regenrasi petani tidak dimulai dari umur 50 tahun tetapi mulai dari usia muda. Termasuk hal yang menjadi penekanan, Edi meminta agar sektor pertanian , khususnya petani tidak dijadikan sebagai objek politik, melainkan menjadi subjek utama penopang swasembada pangan. “Mari kita gugah semangat anak muda menjadi petani di daerahnya sendiri,” pungkasnya. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *