Foto kombo dari kiri ke kanan, A.A. Gede Wedhatama, Ni Wayan Purnami Rusadi, dan Putu Marmar Herayukti. (BP/may)

DENPASAR, BALIPOST.com – Sebagai peringatan 21 tahun Perintis Bali Post, K. Nadha yang Amor Ing Acintya pada 5 Januari 2001, Kelompok Media Bali Post (KMB) kembali menyelenggarakan Penganugerahan Anugerah Pers K. Nadha Nugraha 2022. Anugerah Pers ini digulirkan sejak 2002 lalu.

Kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian tertinggi
pers kepada tokoh dan lembaga yang telah berjasa serta memiliki komitmen dalam menjaga Bali dan NKRI. Kali ini, kami menyoroti anak muda yang menjadi ujung tombak perubahan Bali melalui pembangunan berkelanjutan baik secara lingkungan, ekonomi maupun budaya. Ada tiga anak muda Bali
yang akan menerima Anugerah Pers K.Nadha Nugraha pada Rabu (5/1) ini.

Mereka kreatif melihat peluang selama pandemi sekaligus menginspirasi anak muda Bali menjadi SDM
Bali yang job creator yakni menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Dua di antara mereka bergerak dalam pertanian organik dan seorang sebagai seniman. Siapa saja mereka?

Pertama yakni A.A. Gede Wedhatama. Wedhatama memulai usaha pertanian tidak harus menjadi seorang sarjana pertanian. Semua orang bisa menjadi petani atau bergerak di bidang usaha pertanian. Pria yang merupakan Ketua Petani Muda Keren (PMK) ini basis ilmunya adalah Informasi dan Teknologi (IT),
namun bukan tidak mungkin IT dapat menolong pertanian dan mengubah paradigma pertanian konvensional ke pertanian modern.

Baca juga:  Pekerja Sektor Esensial dan Kritikal Diminta Kantongi STRP

Dia ingin membuktikan menjadi petani bisa sejahtera, makmur, berjaya dan bisa bermanfaat untuk bangsa Indonesia. Ia mulai melakukan gerakan PMK
sejak 2014 dan lahir beberapa champion yang bergerak di bidang masing-masing. Ada yang bergerak di pertanian padi, hortikultura, pupuk organik, palawija
dan sebagainya.

Bersama-sama, ia membuat mata rantai pertanian terintegrasi lewat PMK, mengintegrasikan pertanian
dari hulu ke hilir. Di hulunya pertanian organik, di hilir kita membuat koperasi untuk menyalurkan hasil pertanian.

Selain menyadarkan petani untuk menjadi petani enterpreneur, ia juga tekun menularkan virus bertani organik, karena ia menyadari satu hal bahwa Bali
konsepnya Bantu Ayah Lindungi Ibu Pertiwi.

Kemudian juga Ni Wayan Purnami Rusadi. Ia menemukan soulmate-nya saat masih sibuk sebagai pengurus Karang Taruna Desa Peguyangan Kaja tahun 2009. Saat itu karang taruna mengembangkan budi
daya jamur tiram sebagai program kewirusahaan.

Baca juga:  Amankan Idul Fitri, Polda Kerahkan Ribuan Personel

Sebelum masa kepengurusannya berakhir, ia telah mulai merintis budidaya jamur di belakang rumahnya.
Tahun 2012, Emik panggilan akrabnya bersama ayah dan kakeknya merintis budidaya jamur.

Hingga saat ini, Emik masih konsisten dalam budidaya jamur. Sejak awal, Emik juga aktif melakukan sosialisasi dan edukasi budi daya jamur.
Sosialisasi dan edukasinya ini berhasil membuat warga di sekitarnya ikut terjun berbudi daya
jamur, menjadi supplier jamur dan memanfaatkan pekarangan rumah untuk bertani. “Ke depan selain untuk budidaya, saya ingin lebih banyak mengedukasi
masyarakat untuk budidaya jamur, meskipun dalam
skala rumahan dengan memanfaatkan pekarangan
untuk usaha,” ungkapnya.

Pemuda terakhir yang akan menerima Anugerah Pers K. Nadha 2022 yakni Putu Marmar Herayukti. Meski pandemi telah melanda hampir dua tahun, namun semangat dan jiwa berkreativitas tidak boleh padam.

Marmar, seniman instalasi, undagi ogoh-ogoh serta seniman tato terus mengobarkan semangat
kreativitasnya di tengah pandemi. Pemuda asal Banjar Gemeh ini memopulerkan ogoh-ogoh tanpa styrofoam. Kesadaran akan bahaya bagi kesehatan dan lingkungan membuat Marmar kembali back to nature, menggunakan ulat-ulatan bambu.

Baca juga:  Konferensi Cryptocurrency Berskala Internasional Segera Digelar di Indonesia

Pada tahun 2012 – 2014 ia mulai belajar tentang styrofoam. Ia mencari tahu tentang kandungan dan bahayanya yang dapat memicu kanker dan menjadi sampah abadi sehingga tidak boleh masuk ke badan. Jika styrofoam diaplikasikan pada ogoh-ogoh 100%
ditambah penggunaannya dari tahun ke tahun, akan sangat banyak zat-zat berbahaya di muka bumi ini.

Ia berupaya kembali membudayakan penggunaan bahan dari bambu kemudian dibuat ulatan. Ulatan tersebut merupakan warisan leluhur yang diperkenalkan ke generasi baru.

Bukan hanya menerima penggunaan bambu sebagai bahan membuat ogoh-ogoh tapi ia pun mempelajari filosofi bambu dan manfaatnya. Seniman tidak hanya kreatif menciptakan karya tapi juga mampu berdampak pada orang- orang di sekitarnya. Begitulah Marmar. Ia berupaya membangkitkan semangat generasi muda untuk bangkit dari pandemi. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN